Foto kenangan jaman SMA |
Rabu, 6 Juni dan Kamis, 7 Juni. Sungguh tak menyangka kalau akhirnya seorang lagi teman segenerasi harus pergi untuk selama-lamanya. Eko Priyanto, lelaki kelahiran Palembang, 15 Oktober 1967 itu adalah teman kami semua. Dia orang baik. Rajin bersilaturahmi dan selalu ingin membuat teman-temannya senang.
Tidak heran sewaktu menjenguk dia saat terbaring sakit di ruang ICU RSPAD Gatot Soebroto Jakarta bersama Asep Adiyani, Alfina Damayanti dan Tjatur Yuliastuti kami harus mengantri. Sebab begitu banyak kawan-kawan sejawatnya di kantor juga menjenguknya.
"Wan, maafkan semua kesalahanku ya?" ujarnya tersendat, setengah memaksa diri di pembaringan. Hidungnya tertutup masker. Dan berbagai macam selang dan peralatan medis tampak berada di sejumlah bagian tubuhnya. Sedih aku melihatnya. "Sampaikan maafku juga pada teman-teman Deltu yang lain ya?"
Aku tersedak. Tak terasa mataku berkaca-kaca. Tampak sekali dia menahan kesakitan yang amat sangat. Sakit jantung ditambah dengan sejumlah sakit lain secara komplikatif mendera tubuh ayah dari dua anak yang berdomisili di Komplek Irigasi Bekasi itu. Fisiknya ambruk perlahan.
"Sudah Eko istrirahatlah, tak usah terlalu banyak pikiran ya," bujukku padanya. Pilu.
Ibunya Eko berkali-kali berusaha menyabarkan putera pertamanya itu. Dua saudaranya yang lain juga hadir di ruangan ICU itu bergantian. Juga Mbak Titik isterinya. Eko beruntung mempunyai banyak orang yang menyayanginya.
Sayangnya, Rabu itu aku tak bisa lebih lama lagi menemaninya karena ada acara yang harus kuhadiri di tempat berbeda. Akupun pamit meninggalkan sejumlah kawan lain di ruangan ICU itu.
Malamnya, Kun Ani dan Wikan, dua sahabat yang menjenguknya mengabarkan bahwa kondisi Eko belum membaik. Diam-diam kutepis bayangan buruk yang sempat melintas.
Tetapi datang juga kabar itu Kamis pagi, 7 Juni. Wikan, sahabat baik menelponku sekitar pukul 08.30 WIB. Setengah menangis dia mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu Eko Priyanto pergi untuk selama-lamanya. Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun.
Eko adalah teman yang baik. Kukenal dia sebagai orang yang senang bersilaturahmi. Kemanapun diajak berkumpul selalu bersedia datang. Eko menggantikan posisiku di Pramuka sewaktu aktif di Saka Wanabakti Banyumas pada kurun waktu 1985-1986. Sudah lama berlalu.
Rumahnya di Purwokerto dulu tak jauh dari sekolah kami : SMA Negeri 2 Purwokerto, tepatnya di Jalan Ksatrian. Kadang-kadang bersama sejumlah teman seperti Wicak, Makhsun, Wikan atau Tartum kami menginap di rumahnya. Menghabiskan semua persediaan logistik yang dia punya. Ini terkadang bikin kedua adiknya jengkel.
Maklum kawan-kawan kakaknya memang rakus-rakus dan jorok. Tapi Eko tetap senang saja direpoti kami semua. Tartum adalah orang yang paling sering ngerjain Eko, dan kami bersama-sama tertawa-tawa berderai karena kelucuan yang timbul karenanya.
Eko juga dengan senang hati mengikuti kemanapun kami pergi. Ke pantai Srandil Cilacap atau ke Wanawisata Baturraden bahkan ke Purbalingga tempat kami berlatih Pramuka di lapangan udara Wirasaba. Langkah kami, kawan-kawan sebaya memang panjang.
Kami semua hobi berjalan-jalan. Menikmati masa muda. Menikmati hidup.
Sampai akhirnya kami mengambil jalan sendiri-sendiri usai lulus SMA. Aku ke Yogya, Tartum ke Bogor, Wikan memilih setia di Purwokerto, Adjib ke Semarang, Ade ke Surabaya dan Eko ternyata memilih melanjutkan studi ke salah satu PTS di Jakarta, Fakultas Hukum Univ. Krisnadwipayana.
Lama kami tak bertemu. Lama sekali. Tahun-tahunpun lewat. Belum ada facebook, bahkan internet juga merupakan barang mewah bagi kami semua. Sampai akhirnya drg Tjatur Yuliastuti, sahabat kami juga satu angkatan mengumpulkan kami semua di rumahnya di Depok pada suatu hari libur di tahun 2000-an. Dan sejak itu kami rutin bertemu dan bersilaturahmi sampai terbentuklah Paguyuban Alumni Angkatan 1987 yang kami beri nama Deltu Club.
Dan Eko adalah anggota Deltu Club yang sangat aktif. Hampir setiap pertemuan dia tidak pernah absen menghadirinya. Isteri dan anaknya juga kerap diajaknya.
Aku juga sempat mengajak isteriku bersilaturahmi ke rumahnya. Meski sama-sama di Bekasi, jaraknya cukup jauh. Aku di sisi sebelah barat, sedangkan dia di sisi sebelah Timur. Dan jalurnya macet.
Kini dia sudah pergi untuk selama-lamanya. Tak ada Eko yang lucu dan menyenangkan hati kami semua lagi. Kami semua sedih dan melepas kepergiannya. Ada Untung salah satu warga Deltu juga yang bahkan dengan kasih sayang memandikan jenazah Eko, dan Wikan adalah yang paling rajin menjenguk Eko. Juga ada sejumlah kawan lain yang tak bisa disebutkan satu persatu.
Selamat jalan Eko.
Menteng, 7 Juni 2012
Iwan Samariansyah - seorang sahabat yang kehilangan