Minggu, 08 November 2009
Bahaya Styrofoam Pembungkus Makanan
Berikut ini pengalaman pribadi Iqmal Tahir menggunakan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Sangat berbahaya.
Saat tinggal di asrama yang tidak menyediakan dapur, maka semua pemenuhan kebutuhan dalam hal makan harus diatasi dengan jalan membeli makanan siap saji. Saya lebih suka memilih membeli makanan untuk dibawa dan dimakan di rumah. Kalau dimakan di tempat, dihitung jatuhnya akan lebih mahal karena harus membeli minuman juga.
Terkadang, saya membeli makanan yang dimasak sesuai pesanan. Selain bebas memilih menu, dengan cara ini, pembeli juga bisa mendapatkan makanan yang fresh, barusan diolah dan masih panas. Tetapi justru masalah panas inilah yang ternyata menyebabkan satu permasalahan baru.
Kebanyakan warung membungkus makanan dalam kertas minyak, atau kertas koran yang dilapisi daun pisang. Namun akhir-akhir ini, semakin banyak warung yang memilih menggunakan kemasan styrofoam. terlihat lebih bersih, dan praktis.
Saya pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan dengan makanan dalam kemasan styrofoam. Ceritanya, saya membeli nasi goreng dan telur dadar. Setelah siap, saya melihat makanan yang dipesan dan dikemas dalam dua wadah styrofoam. Setelah saya bayar dan dibawa ke rumah, saya terperanjat begitu membuka tas, karena ada cairan yang tumpah. Dalam bayangan saya, tadi mungkin miring, sehingga ada kuah yang tertumpah. Tetapi kemudian ingat kembali bahwa saya hanya memesan nasi goreng dan telur dadar, darimana cairan ini? Begitu diamati, tampak lebih parah lagi karena ternyata kemasan styrofoam itu berlubang di beberapa bagian karena meleleh. Bahan styrofoam ini ternyata meleleh setelah terkena minyak dari telur dadar yang dimasukkan ke dalamnya pada saat masih panas. Akhirnya karena sudah malam dan lapar tentu saja makanan harus tetap dimakan sebagian saja, yang kira-kira tidak terkena lelehan styrofoam ini.
Iseng lebih lanjut, styrofoam tersebut kalau diperhatikan maka bagian yang meleleh adalah yang memang terkena panas cukup tinggi. Hal ini ditandai pada bagian yang kontak dengan telur dadar. Untuk panas yang tidak cukup tinggi, yaitu pada wadah nasi goreng, ternyta permukaannya juga di beberapa tempat menjadi semacam berlubang dan tidak rata lagi. Hal ini dapat dibayangkan jika telah terjadi lelehan juga walaupun cuma di bagian permukaan saja.
Kemasan styrofoam itu terbuat dari polimer sejenis polystyrene (PS). Kalau di industri, dikenal sebagai plastik dengan kode angka 6. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang terdiri dari komponen monomer styrene. Styren dapat muncul dari styrofoam yang terbakar atau bahkan saat kontak dengan bahan yang masih panas saat terjadi kontak.
Dari beberapa kutipan, diketahui bahwa styrene ternyata sangat berbahaya untuk kesehatan otak, dapat mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah kesehatan reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf. Styrene adalah bahan yang relatif susah untuk didaur ulang.
Jadi tentu saja dengan pengalaman di atas, maka kita semua harus selektif untuk memilih kemasan makanan. Baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual diperlukan kewaspadaan.
Kemasan lain yang terbuat dari plastik juga sebenarnya berbahaya juga, walaupun mungkin tidak seperti styrofoam, tetapi juga harus diwaspadai. Kalau masih bisa menggunakan daun pisang maka lebih dianjurkan, Cuma karena kebutuhannya yang akan sangat besar tentu saja juga akan menjadi kendala lagi. Bisa saja pembeli selalu membawa wadah makanan dari rantang logam stainless atau aluminium, atau dapat juga dari jenis plastik yang lebih aman dan kuat panas. Hanya saja seringkali pembeli juga tidak mau direpotkan dengan membawa rantang ini sebelumnya.
Cara yang lebih dianjurkan tentu saja adalah dengan memperhatikan panas makanan yang akan dikemas, mungkin dibiarkan lebih dingin terlebih dahulu dan setelah hangat baru dimasukkan ke wadah. Cara ini merupakan pilihan yang paling mungkin diterapkan bagi warung-warung makan. Hanya saja pembelinya diminta lebih sabar lagi untuk menunggu makanannya jadi lebih dingin.
Pada akhirnya tentu saja kita sendiri yang harus memilih, bagaimana caranya untuk dapat selalu hidup sehat. Termasuk dalam hal penggunaan styrofoam dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ditulis Oleh Iqmal Tahir pada http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1091
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar