Selasa, 13 Januari 2009

Gusti Allah Ora Sare

Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11
malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini.

Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat
berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap
sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.

Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. Untunglah, penjual nasi
goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana.

Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh, menjumpai bapak penjual yang
sendirian ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala.

Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan... ,"
begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh.

Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang
pekat.
Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya
berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja."

Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk.
Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah
pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar.

Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja,
mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung
mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih,
orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah
saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil
menghisap rokok dalam-dalam.

"Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah,
rezekinya jadi berkurang dong ya?" Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja
tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya
akan membuat Bapak itu tambah sedih.
Namun, agaknya saya keliru...

"Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu
katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan
begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. Yah,
walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya."
Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung
kalau besok masih hujan.....".

Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare".
Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba- Nya.
Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya,
tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. Maknanya terlampau
dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di
hadapan Tuhan.

Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi
banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi,
dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat,
bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus
bersabar. Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun
rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah
berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi
petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang
mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.

Hmm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu
pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenak saya.
"Ya Allah, Engkau Memang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah,hujan telah
reda, dan sayapun telah selesai makan.

Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora
Sare..... Gusti Allah Ora Sare.....

Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya.
Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara
yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat
hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin
banyak belajar.

Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan
sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia,
harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin
ada hal yang menakjubkan saya lakukan.

Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap
doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah
kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya
tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan
istimewa.



Aku berdoa agar diberikan kekuatan...Namun,
Allah memberikanku cobaan agar aku kuat menghadapinya.

Aku berdoa agar diberikan kebijaksanaan. ..Namun,
Allah memberikanku masalah agar aku mampu memecahkannya.

Aku berdoa agar diberikan kecerdasan.. .Namun,
Allah memberikanku otak dan pikiran agar aku dapat belajar dari-Nya.

Aku berdoa agar diberikan keberanian.. .Namun,
Allah memberikanku persoalan agar aku mampu menghadapinya.

Aku berdoa agar diberikan cinta dan kasih sayang..... Namun,
Allah memberikanku orang-orang yang luka hatinya agar aku
dapat berbagi dengannya.

Aku berdoa agar diberikan kebahagiaan. ..Namun,
Allah memberikanku pintu kesempatan agar aku dapat memanfaatkannya.


Sahabat, terima kasih telah membaca.
Silahkan memforward email ini ke sahabat2mu, yang engkau cintai dan
teman-teman lain.
Bagi dan berikanlah yang terbaik untuk mereka.

salaaam

RIO (sos 1)
(diambil dari milis deltu-club@yahoogroups.com)

Tidak ada komentar: