Sabtu, 12 Desember 2009

Surat dari Kakak Angkatan '72

Iwan Sams, mendapatkan email dari Kakak kelas kita, angkatan 72. Mungkin Bapak kelas kali ya? Hahaha ...

Nama beliau Supriyatno Sutardjo mengirim e-mail berikut ini untuk tambah2 wawasan mengenai sekolah yang kita cintai itu.

Kyai Lurah,

jamane inyong sih sing jenenge eskul urung ana tur kegiatan luar pelajaran sitik banget,

Tahun 72 ana pramuka aku melu mung telung wulan terus bubar oranana lanjutane jarene oranana pelatihe. Wektu kuwe sing ana saka dirgantara pelatihe auri sekang wirasaba, dadi ya pramuka magel/mendo.

Rohis urung ana, aku bocah enem apa papat yah wis klalen tau di seneni pak Eman Sudarsono guru agama waktu kuwe sebabe ora melu jumatan ning bangsal. Gemiyen durung ana mushala/masjid sakiye wis ana ya!

Lha kegiatan sore bar skolah biasane ya pada sinau bareng ngerjaken PR sekang Bu Suji, Pak Darso, Pak Yono, Pak yuwono dll. Angger ora nana PR ya pit-pitan kliling praketa, lha wong inyong dudu asli praqerta.

Nek Olahraga mlayu-mlayu metu sekang sekolahan biasane muter ngliwate smea maranata nang kono nggodani bocah SMEA.

Disarikan dari milis DELTU-Club@yahoogroups.com

Rabu, 09 Desember 2009

"Korupsi" di SMAN2 Purwokerto


Memperingati tanggal 9 Desember 2009 ini sebagai hari anti korupsi, nih jadi teringat sesuatu di sma2 pwt dulu... Kategorinya ya masuk sebagai korupsi, cuma gak tahu bisa masuk untuk diselidiki KPK apa tidak ya gak tahu, mestinya ya tidak wong kejadiannya sudah dulu banget... dan pelakunya kalau diselidiki ya banyak juga sebenarnya.. . (Hayo padha mau ngaku apa tidak)... Kerugiannya berapa, siapa yang menanggung ruginya itu... Pokoknya judul thread ini adalah Korupsi di SMAN2 Pwt, kalau mau lebih lengkap ya ditambah 'jaman dulu'. Baca saja terus lanjutannya ini.

Mudah-mudahan masih padha ingat kalau pelajaran olahraga (yang bukan teori lho ya), biasanya kan siswa sudah ganti seragam olahraga yang warna biru itu (kayak seragamnya City apa seragamnya Lazio persisnya ya ?). Kalau yang laki biasanya ganti di kelas, kalau yang perempuan ganti dimana ya (lupa aku tempatnya). Terus habis itu kumpul di lapangan dan diabsen sama pak Gi (CMIIW, wong namanya lupa2 ingat). Setelah lengkap, semua disuruh keliling lapangan sekolahan depan tapi lewat jalan bukan di pinggir lapangannya. Jadi biasanya mengikuti arah berlawanan jarum jam (ini kayaknya juga bener, soalnya kalau searah jarum jam, nanti ngelawan arus).

Terus korupsinya dimana ? (ya bentar dong, ni lagi ngingat-ngingat lagi, kalau gak sabaran, yang dikorupsi ceritanya ini saja lho).

Pak Gi biasanya instruksi lari-lari kecil keliling 3 putaran, terus ke arah jalan tanah (tahun 84-87 dulu belum diaspal) terus masuk ke jalan besar, berlari di trotoar biasanya, terus belok kiri masuk jalan ksatrian dan masuk lorong sekolahan lagi. Genap 1 putaran dan terus sampai 3 putaran. Itu normalnya.

Terus korupsinya dimana sih ?

Waktu itu kan ada 4 unit (apa 3 unit ya) bangunan kelas yang di pojok barat lapangan menghadap ke timur membujur utara-selatan. Tentu saja kalau pas di sebelah barat bangunan itu akan tidak kelihatan oleh pak Gi (hehe... wong pak Gi sendiri gak ikut lari). Nah ini yang pelaku korupsi beraksi, saat putaran pertama, dia (atau sering mereka) cuma lari sampai sini saja, sementara yang lain tetap lari. Para koruptor ini menunggu temannya yang lain berlari sampai putaran yang kedua atau malah yang ketiga, kemudian baru ikut lari kembali untuk putaran tersisa.

Nah betul kan itu sudah tergolong korupsi, jadi bertobatlah wahai para koruptor... mumpung masih ada kesempatan bertobat.

Kalau tidak ingin diproses di KPK, ya coba lah saat reuni-an kembali di sekolahan (yang entah kapan lagi), lunasi lah hutang-hutang lari sekian putaran sesuai dengan jumahyang dulu dikorupsi... .

ps. sorry kalau bikin judulnya dibuat mengerikan dan dapat merugikan nama baik sekolahan... .

Salam semuanya,

Iqmal

(Diposting Iqmal Tahir di milis deltu-club@yahoogroups.com)


Ps: Gambar illustrasi tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya, waspadalah...!!!

Kamis, 03 Desember 2009

"Finding Nemo, Uppss... Finding Ugi"


Kawan,

Di facebook baru saja seorang kawan kita menemukan diriku dan dia kita temukan. Ugi S. Damas namanya.

Dulu saat sekolah dia kita kenal dengan nama Ugi Susmiati, ex Fisika-2. Saat ini Ugi berdomisili di Rawamangun, Jakarta. Aku sudah mengundangnya bergabung di milis ini.

Salam,

IwanSams



Ugi :

makasih wan ! tp jgn dibilang diketemukan, oya..namaku ugi susniati,bukan susmiati ! blm di nasi kuning..rumahku di pwt d jln mas cilik no 12.

IwanSams:

Gi,

Tradisi di milis ini, kalau kawan lama tak berjumpa terus "ketemu" ya dianggap barang temuan alias diketemukan, hehehehe ............ .

Kalau kumpul-kumpul dan pas ada Nina, selalu salah satu topik yang hangat disinggung adalah "dimanakah Ugi sekarang berada?"

Saat Reuni Akbar tahun lalu, kang Kadar sebenarnya sudah berusaha mencarimu di Jalan Mas Cilik, namun entah kenapa tak ketemu. Mungkin beliau mencarinya di alamat yang keliru.

Suatu hari saat aku dan keluargaku menginap di Hotel Mutiara Purwokerto, kusempatkan berjalan kaki bersama anakku ke jalan mas Cilik juga. Tapi kok waduh, semuanya sudah berubah. Hampir tak kukenali lagi rumahmu yang biasa juga jadi tempat ngumpul anak-anak kost seperti aku, Tartum dan Wikan dulu usai latihan Pramuka saat jaman dulu itu Gi.

Jadi, begitulah. Finding Ugi. Mirip dengan film kartun lucu yang sukses itu. Judulnya Finding Nemo. Hehehehe

Gi, ceritakan kau kemana aja selama 20 tahun ini ? Kita tahunya kau kuliah di ISI. Kalau dilihat di facebook, kau malah sudah jadi Direktur, pula sudah S-2. Luar biasa.

Silahkan .....

Kadar Juniarto :

Betul, tidak mengenal maka tak sayang

Silahkan memperkenalkan diri lagi, buanyak yang menanti apalagi ditambah bumbu-bumbunya disekitar jeng Ugi. Dulu pada saat persiapan reuni kota kripik ini kita kubek bareng-bareng, kita cari sisa-sisa informasi hanya bermodal buku biru (yang sudah lumayan kucel).

Dibantu kawan-kawan panitia akhirnya kita bagi tugas masing-masing wakil kelas minimal harus bisa mendapat informasi 20 orang. Luar biasa hasilnya dari sekitar 70 nomor telepon yang ada di blog deltu bertambah menjadi 194 nomor telepon (yang semuanya aktif waktu itu). Dan sesuai dengan mandat yang ki lurah dan sedulur berikan (update itu jalan terus) sampai kapan yah ?

Mungkin sampai kita sama-sama tua atau sampai ajal menjemput kita ?

salam

Iqmal Tahir :

Ugi itu memang mungkin mirip orang ilang, bayangkan saja Yanti yang pernah ditanya saja sampai gak tahu... Yanti itu yang dulu di gang mas cilik juga, serumah sama Ugi. Untuk jelasnya ya tanya Iwan kalau yang untuk mbakyu ini...

Disarikan dari milis DELTU-Club@yahoogroups.com

Selasa, 24 November 2009

Pecahan 2000, THP Menteri dan Bank Mutiara


Belum lama ini, bila kita berkendaraan melalui jalan tol, kita akan jarang menerima uang kembalian berupa lembaran Rp 1.000,-. Kasir pintu tol justru mengembalikan sisa tol dengan koin Rp 500,- aluminium.

Memang sejak Maret 2007, Bank Indonesia telah menerbitkan uang kertas (UK) baru, pecahan Rp 2000,- (dan rencananya jg Rp 20.000,-) lalu menarik uang kertas Rp 1000,- bergambar Pattimura untuk digantikan dengan koin baru Rp 1.000,- yang bahan metalnya lebih murah dari koin Rp 1.000,- seri Kelapa Sawit (1993 - 2000). Lalu apa arti perubahan ini?

Ya, tentu saja, dengan terbitnya pecahan Rp 2000, berarti pemangkasan harta atau aset kita dalam mata uang rupiah, menjadi separuh dari daya belinya semula, yang disebut inflasi rupiah! Anda yang tadinya cukup nyaman dengan penghasilan, katakanlah Rp 2 juta/bulan, kini dengan adanya pemangkasan tadi, anda harus menambah penghasilan dua kali lipatnya! Artinya selepas tahun 2009 nanti, penghasilan anda harus siap naik menjadi Rp 4 juta atau sekurangnya Rp 3 juta / bulan bila ingin tetap nyaman seperti hari ini.

Lalu bagaimana dengan rakyat kebanyakan yang penghasilannya kurang dari Rp 1 juta sebulan ? Ya, semakin blangsak..

Berdasarkan sejarah, ketika era Soeharto dulu, uang kertas tertinggi sejak tahun 1968-1991 adalah Rp 10.000,-. Lalu dengan alasan defisit APBN, diedarkanlah uang lembaran Rp 20.000,- seri Cengkeh/Cenderawasi h, tahun 1992. Karena nominal "aneh" ini sukses beredar, maka tak lama kemudian muncul nominal lebih tinggi lagi yaitu Rp 50.000,- bergambar Pak Harto (1993). Dan tidaklah mustahil, bila uang kertas Rp 2.000,- baru ini sukses beredar, maka Bank Indonesia akan menerbitkan uang kertas dengan nominal baru lainnya, misalnya: Rp 200.000,-; Rp 500.000,-, bahkan Rp 1 juta!

Sebab hal itu memang lazim dilakukan oleh Bank Sentral di negara berkembang. Karena ciri khas mata uang negara maju, nominal angkanya hanya tiga digit saja, seperti USA $100, Arab Saudi 200 riyal, Eropa 500 euro, Inggris 100 poundsterling; kecuali Jepang dan Korea Selatan dengan 10.000 yen dan 10.000 won, sebagai sisa sebuah trauma ekonomi pasca Perang Dunia II.

Dengan ditariknya pecahan Rp 1.000,- maka otomatis uang receh terkecil adalah Rp 500,-. Sedangkan koin pecahan Rp 100,- dan Rp 200,- akan lenyap dengan sendirinya, rusak atau dicuekin. Hal ini lazim terjadi pasca terbitnya uang baru, ketika pecahan Rp 1,- dan Rp 2,- lenyap pada tahun 1975, sepuluh tahun kemudian Rp 5,- dan Rp 10,- lenyap di tahun 1985, lalu Rp 25,- dan Rp 50,- lenyap di tahun 1995. Kini pada 2009 ini pecahan Rp 100,- dan Rp 200,- sudah kehilangan daya belinya. Rakyat dieksploitasi untuk memacu kegiatan ekonominya, dan dipaksa merelakan hilangnya sebagian jerih payah mereka.

Perhatikan akibatnya. Bila tadinya sebutir telur ayam negeri seharga Rp 10,-/butir di tahun 1975, lalu naik menjadi Rp 100,-/butir di tahun 1985, maka pemegang uang rupiah telah kehilangan asetnya 1 digit dari Rp 10,- ke Rp 100,-. Artinya si pemegang uang kertas harus mencari sepuluh kali lipat lebih banyak lagi lembaran rupiah agar bisa membeli telur yang sama. Bisa jadi suatu hari nanti harga sebutir telur ayam negeri harus dibayar dengan lembaran Rp 10.000,-/butir, tinggal menunggu waktu saja.

Untuk mengakali inflasi ini, Bank Indonesia cukup menambah angka nol pada uang kertas baru. Inilah riba Zero Sum Game!

Sampai kapan permainan riba ini akan berakhir? Rakyat yang kalah gesit dalam mengimbangi permainan ini pasti semakin terpuruk kondisinya dan... tambah blangsaaks, kasihan rakyat miskin.

Di sisi lain, gaji para pejabat tinggi dinaikkan dgn drastis, dan Menkeu telah menyatakan pula bhw dana APBN 2010 siap utk membayar kenaikan tsb. Padahal THP skrg sdh di atas 100 jt, ditambah dana taktis tiap menteri lebih dr 2 Milyar tiap bulan. Penerbitan pecahan uang Rp. 2000 tdk ada pengaruhnya sm skl bagi mereka. Kasihan rakyat miskin...

Menurut data di sebuah TV, andai menteri kita jumlahnya hanya 15 orang, seperti di Amerika, dgn THP yg lama, maka negara akan bs menghemat sedikitnya 7 Trilyun tiap tahun. Laa ini kok malah THP-nya dinaikkan! Blm lagi kalau mengingat outcomes dr para menteri tsb, duuuuh., nyuwun pangapunten Gusti.. Amerika yg segede T-Rex yg urusannya sedunia aja cuma 15 menteri, kita kok bs smp 34 menteri seh?? Gmn tuh Det??

Yg jgn dilupakan jg, pemerintah dengan gampangnya mengucurkan 6,7 Trilyun ke Bank Century, jauh dari angka 1,3 T yg telah disetujui DPR. Salah satu tujuan bailout itu adalah utk mengembalikan dana deposan yg di bawah 2 Milyar. Ironisnya, para deposan dimaksud ternyata tetep saja gigit jari dan menjerit karena dananya ditelan bank yg telah dimanupulasi namanya menjadi Bank Mutiara.

Para penegak hukum terkait terkesan mandul, hanya Robert Tantular saja yg diperkarakan. Ditambah pula dgn DPR yg ogah2an dgn hak angket Bank Century, dgn dalih: menunggu hasil audit BPK (yg skrg dikomandani oleh mantan Dirjen kita).

Buat Sri Gayatri, teruslah berjuang!

Ditulis oleh : Donny Cahyo Nugroho di Milis Deltu

Pantun Deltu by Yuswantoro


Pergi ke Malang naik kereta api

Jangan lupa membawa roti

Biarpun milis deltu sedang sepi

Jangan khawatir selalu kunanti

Makan mie soto di Batu Tulis

Jangan lupa minum teh manis

Biarpun milis jarang ditulis
Tidak membuat hati menangis

BERSAMA DELTU MEMBUAT HATI GEMBIRA

Belajar di Jonggring Seloka Kehidupan


Mencari tempat belajar, saat ini jadi perbincangan hangat. Telaah akademis, yang diletakan pada analisa kualitas, konten, metode, bahkan nilai, menjadi usungan para konsultan pendidikan. Profesi baru yang menjanjikan, melawan kegagalan, kalau tidak mau disebut ’ketidakpedulian’ pada peran sebagai orang tua terhadap anak.


Sama, belajar ngunduh kawruh, pemilihan tempat belajar jadi satu permasalahan. Dimanakah saya harus belajar? Mestikah mencari Jonggring Saloka, ranah tempat bersemayamnya para dewa. Tempat penyucian, penggodokan dan panglebur dosa, kawah Candradimuka, paradoks yang dapat digunakan untuk menghukum dan meleburkan para pendosa dan terhukum, sekaligus menjadi tempat lelaku yang telah melahirkan beberapa satria pilih tanding.


Memang Jaka Tetuka, Sang Gathotkaca, putra Bima dari Ibu Harimbi, begitu lahir langsung diceburkan ke Kawah Candradimuka, digodok bersama lahar dan lava panas yang tidak menjadikannya binasa, sebaliknya malah melahirkannya menjadi satria pilih tanding. Otot kawat balung wesi tan tedas tapak paluning pande tinatah mendat jinoro menter, terbang dengan kutang ontokusumo, pemenggal leher raksasa (buta) dan berjiwa tanpa pamrih.


uga Wisanggeni, putra Harjuna dari Ibu Dersanala. Begitu lahir ia langsung dimandikan air Kawah Candradimuka oleh Narada. Tidak menjadikannya lebur, malah menjadi satria cerdas tanpa batas, sakti tanpa henti, bahkan ludahnya pun dapat menjadi api. Dalam hal ini, bahkan seorang Kresna pun, tak dapat menandingi kecerdasan dan keberanian Wisanggeni.


Apakah petilasan leluhur, beringin kurung, tempat angker yang sepi, gunung dan batu besar, adalah Jonggring Saloka? Atau di dasar samudra, sepertihalnya Bima yang menemukan esensi ke-Dewa Ruci-nya?

Kalau pewayangan adalah simbolisasi metode, seharusnya kawah candradimuka juga tidak dipahami sebagai tempat phisikal. Tetapi visualisasi dan simbolisasi. Suatu tempat untuk belajar, ngunduh kawruh, mengenai jati diri.


Mengapa mesti jauh dengan tapa brata di tempat sunyi. Kalau belajar mengenai esensi diri, tentunya di ’diri’ itu sendirilah tempat belajar sejati. Di tubuh ini, di hidup keseharian kita. Itulah tapa brata sejati. Itulah meditasi sebenarnya. Itulah Jonggring Seloka kita masing-masing.


Dan belajar kesejatian, bukan untuk nyecep ilmunya. Tetapi untuk berproses, saling diskusi, melakukan

refleksi meditatif, mempertanyakan dan mewartakan kebenaran yang berhasil dicari dan dicapainya sendiri-sendiri, untuk kemudian didialogkan. Kebenaran itu hanya kawruh. Kawruh itu adalah yang tergapai, sedang kebenaran tidak pernah tergapai.


Itulah sebabnya, dari Jonggring Saloka-nya hidup ini sendiri-sendiri, akan lahir bukanlah keseragaman, namun keberagaman berdasarkan proses yang dijalani masing-masing. Mengapa kita mesti mempergesekan dengan pertentangan tanpa makna. Atau bahkan tanpa kendali menjadi permusuhan?


Setelah para pencari ngelmu ini turun gunung dari Jonggring Salokanya, kita kembali ke profesi hidup ini. Tidak perlu semua jadi pandhita, jadi pastor, atau jadi kiai, tetapi menjadi diri sendiri apa adanya. Sebagai pedagang, prajurit, penyair, karyawan, pemimpin, dan sebagainya. Namun pedagang, prajurit, penyair, karyawan, ataupun pemimpin yang punya ngelmu yang bisa mensintesakan pelbagai dan segenap kawruhnya. Itulah proses belajar yang sedang saya jalani.

Ditulis oleh : Kris Ade Sudiyono di Milis Deltu

Selasa, 17 November 2009

Kenangan bersama Guru2 Tercinta (2)

saat masih kuliah di UGM, suatu ketika di satu lebaran, saya main ke rumahnya Pak Topo di Tanjung ...

Tak jauh dari garasi Bis Aries. Dan memang dekat dengan budeku tinggal, yaitu Pakde dan Bude Suhud. Bisa dibilang tetangga.

Saya lupa semester berapa waktu itu.

Yang jelas, rumahnya yang dibangun dengan gaji guru dan pinjam bank (berlantai 2) saat itu belum juga selesai dibangun. Bayangkan, mulai dibangun saat kita duduk kelas 2 SMA, dan beberapa tahun kemudian saat saya, anak muridnya, datang bersilaturahmi rumah itu belum juga selesai. "Kurang ragade dik," ujar Pak Topo, agak sedih.

Waktu itu dia memanggilku dik. Aku ikut sedih juga. Mereka, bapak-bapak dan ibu-ibu guru kita itu memang mesti pandai-pandai menyisihkan rejeki agar bisa mendapatkan rumah tinggal yang bagus dan layak ditempati.

Bicara soal guru kita, siapa yang masih ingat Pak Sawino from Sitapen? Pasti banyak cerita mengenai mendiang Pak Sawino. Beliau adalah salah satu guru dimana saya pernah berkunjung ke rumahnya meski beliau bukan wali kelas saya.

Kalau ndak salah, beliau dulu mengajar PSPB ya? Guru Sejarah tepatnya.

Saya ada beberapa cerita menarik mengenai beliau. Tapi nanti ya? Kapan-kapan ditulis.

Ditulis oleh : Iwan sams

Kenangan bersama Guru2 Tercinta (1)

Temans, waktu kita sekolah dulu kan jadwal pelajaran biasanya kita tulis pake kode guru khan?

Aku ingat sekali soalnya masih ada catatannya sampai sekarang.

Misalnya jadwal pelajaran Matematika kita tulis SAM = Sampurna (guru matematika), juga SY = Suyono (guru gambar), atau SD = Sudjiati (guru matematika yang lain), atau SM = Sumarno (guru biologi).

Dan kemudian SR = Siti Rohimah (guru bahasa Indonesia) dan BB = Bambang (guru bahasa Inggris) atau AP = Agus Pitoris (guru Geografi dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa).

Aha, aku mau cerita sedikit cerita lama soal guru kita bernama Pak Bambang yang guru Bahasa Inggris itu.

Kalau dia mengajar kelas kita, masih tensi biasanya agak turun karena pak Bambang ini kan orangnya humoris. Selain itu beliau ini suka sekali dengan artis bernama Marissa Haque. Hehehehe, inget bener sekali saya soal ini.

Selanjutnya sebelum mengajar dia mengedarkan topi, dan kita kudu mengumpulkan uang pengganti ongkos cetak untuk diktat bahasa Inggris yang sudah dia siapkan di meja. Kalau di Fis-2, tugas ini biasanya dijalankan dengan sangat baik oleh Nina yang memang Bendahara kelas. Hehehehe ....

Suatu ketika, topi tersebut mampir ke meja saya. Uang yang harus dikumpulkan untuk membeli diktat adalah Rp 200,-. Sementara uang saya Rp 1.000,- jadi mestinya masih ada kembalian Rp 800,- nah persoalannya sewaktu sang topi berjalan, ada anak lain yang juga butuh kembalian. Jadi waktu topi itu sampai ke meja saya, maka tak ada lagi kembalian yang bisa saya tukarkan.

Terpaksa saya memasukkan uang Rp 1.000,- itu ke topi sembari menelan ludah. Lha, Rp 800 cukup buat beli bakso Bu Dikin dua mangkok jeee ....

Saya ikuti terus topi itu sampai ke belakang tempatnya Imam Wuryanto dan Eko Wilasmono bersarang. Dan topi itu kembali ke depan. Dengan tenang, saya mendekat ke meja Pak Bambang. "Eh mau apa?" kata Pak Bambang memandang saya curiga.

"Anu pak, uang kembalian saya belum saya ambil tadi," ujar saya gugup.

"Wis mengko baen. Tes pelajaran baen yah?" kata Pak Bambang sembari meraup uang yang ada dan memasukkan ke tasnya.

Masalahnya, pelajaran hari itu lumayan berat. Dan sayapun lupa menagih uang kembalian yang Rp 800,- itu. Pak Bambang juga lupa.

Sampai sekarang. Hahahahahaha ......

Tentu saja sudah diikhlaskan saja. Tetapi itu tercatat di salah satu buku harian saya. Rp 800,- kan lumayan .....

Ditulis oleh Iwan Sams di milis deltu


Komentar :
Tri Budi Yuswantoro :


Ben milise tetep rame karo ben mbahe dewek Ki Lurah Iwan Sam dadi seneng monggo putu putune pada ngirim cerita, wakakak. Saya ada sedikit cerita (biarpun dulu pernah saya tulis, tapi mbah kan sudah lupa)paling tidak untuk memancing teman teman untuk bercerita mengenai guru SMA yang bagaimananpun juga telah berjasa sehingga kita bisa hidup seperti sekarang ini.

Pertama dengan Ibu Guru Agama yaitu Ibu Munjiyah. (itu lho ibunya Ajib). Yang pasti kalau ulangan harus tahu penanggalan Islam dan menulis Basmalah/ Hamdallah dengan huruf Arab (sampai sekarang nulis Arab cuma itu doang yang tahu). Selain itu waktu kelas 3 ada tugas lain yang demi mendapatkan nilai, saya paksakan ikut yaitu satu kelas (dibagi beberapa anak) membaca Al Qur’an 30 juz yang dibaca di rumah dalam waktu tertentu.

Terus terang aja bacaan Al Qur’an saya waktu itu baru bisa juz ‘amma itupun baru sampai Alam Nasroh, mana terbata bata lagi he he he. Namun demi nilai dan prestise (emang ada yang ditaksir di kelas he he he), saya menyanggupi juz ke 30. Bagi teman yang sudah lancar baca mungkin sehari dua hari bisa selesai, namun bagi saya butuh waktu lama sekali.

Selang beberapa hari pas pelajaran agama pasti ditanya masing masing anak udah sampai mana. Berhubung saya kalau baca huruf Al Qur’an lama banget, demi menyingkat waktu kebetulan waktu itu ada buku juz ‘amma yang ada huruf latinnya, maka saya baca huruf latinnya itu dan saya laporkan kalau saya sudah selesai membaca juz 30. Wah ketahuan ya kalau bohong he he, tapi benar benar lo saya baca (huruf latinnya).

Waktu itu saya berpikir toh ngga dicek, wong dibaca di rumah (coba disuruh baca huruf Al Qur’annya di depan kelas, bisa malu banget). Jadi kalau sekarang lihat buku juz ’amma yang ada huruf latinnya, jadi inget Ibu Guru Munjiyah, hi hi hi buka rahasia.

Yang kedua dengan Bapak Agus Petoris guru Geografi, guru yang terkenal kocak dan blak blakan bahkan sedikit parno he he he. Justru karena berbau keparno-parnoan itulah makanya ada cerita yang sampai sekarang saya ingat.

Waktu itu kelas 2, seperti biasa beliau mengajar geografi. Topiknya masalah musim dan akhirnya disebutkan bahwa nama nama bulan dalam kalender bisa menandakan saat itu sedang musim apa. Contohnya bulan September artinya sat-satnya sumber (keringnya sumber air = kemarau), Desember artinya gede-gedenya sumber (banyak sumber air), Januari artinya hujan sehari hari dan seterusnya.

Nah sampai saat menerangkan bulan Juli semua terdiam apa artinya. Begitu dijelaskan artinya banyak anak laki-laki yang tertawa, terutama Hendro. Saya sendiri bingung apanya yang lucu, wong biasa biasa aja. Pokoknya yang saya dengar artinya maju-majunya ...... (sensor). Waktu itu saya tidak familier dengan istilah itu (kuper banget ya.

Dijelaskan pula saat bulan Juli memang banyak pengantin baru atau suami istri tambah intim. Saya sih diem aja.

Akhirnya begitu menikah (bulan Mei) saya perhatikan kalau bulan Juli ada apa kok katanya suami istri tambah mesra. Kalau dilihat dari musimnya bulan Juli sedang kemarau kemaraunya dan logikanya udaranya panas. Tapi kenyataannya pada bulan Juli walaupun musim kemarau namun udaranya agak lembab sehingga dingin juga sih. Nah mungkin yang dimaksud Pak Agus dengan udara yang dingin diharapkan suami istri sering dekat dekatan yang ujung ujungnya yaitu arti bulan Juli, he he he ada ada aja nih Bapak Guru.

Anak saya yang pertama lahir bulan April atau sekitar sembilan bulan dari bulan Juli. Apakah ini karena saat bulan Juli saya sedang mempraktekan teorinya Pak Agus? Wallahu alam....

Iwan Sams :

Hehehehe, humor Pak Agus Pitoris itu bikin merah padam lima gelintir cewek di kelasku juga Yus.

Soal bulan Juli itu. Mereka mencak-mencak marah sehabis jam pelajaran pak AP berakhir. "Guru koh saru banget," gerutu Nina kepada Ugi, teman sebangkunya.

Pekerjaan Teman-teman


Iseng-iseng di akhir pekan ini mari kita amati satu persatu Pekerjaan dan Profesi yang dijalani teman-teman kita anggota The Deltu Club.

Kemudian bandingkan dengan masa kita belajar dulu.

Kadang-kadang kita jadi takjub dan heran sendiri ya?

Misalnya ini :

(1) Adjib Al Hakim, sekarang bekerja sebagai tukang insinyur di lingkungan BUMN Pekerjaan Umum

Saat sekolah dulu, yang aku bayangkan tentang Adjib adalah dia akan tumbuh besar menjadi seorang Ustadz (guru agama). Maklum, ngajinya fasih dan perilakunya terjaga. Lagipula dia anak seorang ustadzah pula. Wajar kan kalau yang ada di benak saya seperti itu.

(2) Tribudi Yuswantoro, sekarang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Kota Malang, Jawa Timur - lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

Yus yang jago volly saat itu kubayangkan jadi atlit volly nasional. Bertanding di pentas dunia melawan Kuba atau pevolly2 hebat dari Amerika. Kalau bekerja, malah kukira nanti Yus akan jadi seorang dokter spesialis rambut, mengingat rambutnya yang pating kriwil itu, hahaha ...
(eh, ada dokter spesialis rambut ndak sih?)

(3) Tjatur Yuliastuti. Sekarang menjadi Dokter Gigi, dan ahli estetika mulut (pakar di bidang kecantikan).

Saat sekolah dulu, Tjatur yang keibuan itu kubayangkan terjun menjadi perawat di rumah sakit umum. Tersenyum kepada semua pasien dan membuat mereka betah dirawat disana. Hehehe, meleset ya?

(4) Yuddy Setyo Wicaksono. Sekarang Asisten General Manager di PT Indonesia Power, Suralaya, Provinsi Banten, salah satu BUMN anak perusahaan PLN.

Yuddy kubayangkan akan menjadi Insinyur Sipil yang hebat. Membangun berbagai gedung bertingkat di berbagai kota. Nyatanya saat Sipenmaru, Yuddy memilih masuk Fisika Teknik yang aku sama sekali tak tahu lulusannya jadi apa nanti, hehehehe .... ternyata malah Insinyur di lingkungan PT PLN (Perusahaan Lilin Negara).

(5) Imam Wuryanto. Sekarang PNS di lingkungan Departemen Kehutanan di Jakarta.

Ah, Imam betapa degilnya dia saat menggoda Ibu SR, guru bahasa Indonesia. Imam kubayangkan jadi Insinyur bidang mesin. Dia jago ngutak-ngatik mesin kurasa, meski hasilnya motorku tambah mogok bukannya membaik. Wakakakak.

************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* *

Bayangan memang tak selalu sama dengan kenyataan yang ada. Begitu juga aku sendiri, hehehehe .....

Monggoh yang mau melanjutkan. Masih ada lebih dari 450 orang dengan profesi yang macam-macam, bisa dibahas satu persatu, setahun pun nggak akan habis, hahahaha ....


Ditulis Oleh : Iwan Sams di milis deltu


Komentar teman2 :

Tri Budi Yuswantoro :
Trima kasih buat Iwan yang telah memberikan testimoni tentang diri saya. Yach begitulah gambaran Iwan mengenai diri saya. Sebetulnya pekerjaan yang saya jalani saat ini jauh dari cita cita awal saya dan jauh juga dari keinginan orang tua. Walaupun saat naik kelas 2 saya masuk ke A3 tetapi karena orang tua menginginkan saya jadi tukang insinyur akhirnya saya dipindahakn ke A2.

Tetapi apa yang terjadi . . . .? Saat lulus SMA tahun 1987 saya mencoba masuk ke jurusan Arsitektur Undip, sayang tidak terima (mungkin kemampuan terbatas). Sempat menganggur setahun akhirnya saya banting setir belajar mandiri tetapi untuk masuk jurusan A3 dan akhirnya Alhamdulillah bisa masuk sekolah ikatan dinas (baca selengkapnya di www.deltu-club. blogspot. com edisi 31 Mei 2008).

Begitulah perjalanan hidup kadang kita menganggap kegagalan adalah musibah, namun di balik itu ada hikmah yang terbaik buat kita.

Mengenai olah raga sepertinya jauh sekali untuk jadi atlet nasional. Tapi paling tidak untuk ukuran instansi biarpun usia sudah kepala 4 main volly nya tidak kalah dengan bujangan yang usia 25 an, apalagi kalau cuma main ama anak anak SMA itu mah keciill, hahahaha......

Adjib Al Hakim :

Iwan, sori aku baru sempat baca posting ini. Wah bener2 ajaib memang hidup ini, semuanya misteri. Sama spt misterinya jodoh kita masing2 juga misteri. Aku dulu memang membayangkan jadi guru, tepatnya kepingin jadi dosen. Tapi skrg malah jadi orang jalanan, hahaha...
Dan ada teman kita yang jadi dosen, aku terpana saat mendengarnya, siapa dia, Asih..!!! (Rilly Windiasih) Tak pernah terbayangkan dia skrg jadi dosen yg lembut dan disukai mahasiswanya

Deltu emang luar biasa...!!!

Donny Cahyo Nugroho :

Gilee.., ki lurah ini memorinya encer berats.!
Aku smp terpesona ki..

Ttg artikel "Pekerjaan Teman-teman" , aku cumo mo kasih resep aja ki:
1. There can be miracle, when u believe (Mariah Carey + Whitney Houston)
2. U will when u believe (MC n WH)
3. And the new day will dawn, for those who stand long (Led Zeppelin - dr lagu fave-nya alm. Wicak, Stairway to Heaven)
4. What are we become, just look what we have done (White Lion)
5. U are what u think u are (White Donny)

Iqmal Tahir :

Trims Is atas infonya. Gara-gara bu SH dan pak Topo itu lah saya nyasar ke kimia, hehe...

Minggu, 08 November 2009

Bahaya Styrofoam Pembungkus Makanan


Berikut ini pengalaman pribadi Iqmal Tahir menggunakan styrofoam sebagai pembungkus makanan. Sangat berbahaya.

Saat tinggal di asrama yang tidak menyediakan dapur, maka semua pemenuhan kebutuhan dalam hal makan harus diatasi dengan jalan membeli makanan siap saji. Saya lebih suka memilih membeli makanan untuk dibawa dan dimakan di rumah. Kalau dimakan di tempat, dihitung jatuhnya akan lebih mahal karena harus membeli minuman juga.

Terkadang, saya membeli makanan yang dimasak sesuai pesanan. Selain bebas memilih menu, dengan cara ini, pembeli juga bisa mendapatkan makanan yang fresh, barusan diolah dan masih panas. Tetapi justru masalah panas inilah yang ternyata menyebabkan satu permasalahan baru.

Kebanyakan warung membungkus makanan dalam kertas minyak, atau kertas koran yang dilapisi daun pisang. Namun akhir-akhir ini, semakin banyak warung yang memilih menggunakan kemasan styrofoam. terlihat lebih bersih, dan praktis.

Saya pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan dengan makanan dalam kemasan styrofoam. Ceritanya, saya membeli nasi goreng dan telur dadar. Setelah siap, saya melihat makanan yang dipesan dan dikemas dalam dua wadah styrofoam. Setelah saya bayar dan dibawa ke rumah, saya terperanjat begitu membuka tas, karena ada cairan yang tumpah. Dalam bayangan saya, tadi mungkin miring, sehingga ada kuah yang tertumpah. Tetapi kemudian ingat kembali bahwa saya hanya memesan nasi goreng dan telur dadar, darimana cairan ini? Begitu diamati, tampak lebih parah lagi karena ternyata kemasan styrofoam itu berlubang di beberapa bagian karena meleleh. Bahan styrofoam ini ternyata meleleh setelah terkena minyak dari telur dadar yang dimasukkan ke dalamnya pada saat masih panas. Akhirnya karena sudah malam dan lapar tentu saja makanan harus tetap dimakan sebagian saja, yang kira-kira tidak terkena lelehan styrofoam ini.

Iseng lebih lanjut, styrofoam tersebut kalau diperhatikan maka bagian yang meleleh adalah yang memang terkena panas cukup tinggi. Hal ini ditandai pada bagian yang kontak dengan telur dadar. Untuk panas yang tidak cukup tinggi, yaitu pada wadah nasi goreng, ternyta permukaannya juga di beberapa tempat menjadi semacam berlubang dan tidak rata lagi. Hal ini dapat dibayangkan jika telah terjadi lelehan juga walaupun cuma di bagian permukaan saja.

Kemasan styrofoam itu terbuat dari polimer sejenis polystyrene (PS). Kalau di industri, dikenal sebagai plastik dengan kode angka 6. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang terdiri dari komponen monomer styrene. Styren dapat muncul dari styrofoam yang terbakar atau bahkan saat kontak dengan bahan yang masih panas saat terjadi kontak.

Dari beberapa kutipan, diketahui bahwa styrene ternyata sangat berbahaya untuk kesehatan otak, dapat mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah kesehatan reproduksi, pertumbuhan dan sistem syaraf. Styrene adalah bahan yang relatif susah untuk didaur ulang.

Jadi tentu saja dengan pengalaman di atas, maka kita semua harus selektif untuk memilih kemasan makanan. Baik sebagai pembeli maupun sebagai penjual diperlukan kewaspadaan.

Kemasan lain yang terbuat dari plastik juga sebenarnya berbahaya juga, walaupun mungkin tidak seperti styrofoam, tetapi juga harus diwaspadai. Kalau masih bisa menggunakan daun pisang maka lebih dianjurkan, Cuma karena kebutuhannya yang akan sangat besar tentu saja juga akan menjadi kendala lagi. Bisa saja pembeli selalu membawa wadah makanan dari rantang logam stainless atau aluminium, atau dapat juga dari jenis plastik yang lebih aman dan kuat panas. Hanya saja seringkali pembeli juga tidak mau direpotkan dengan membawa rantang ini sebelumnya.

Cara yang lebih dianjurkan tentu saja adalah dengan memperhatikan panas makanan yang akan dikemas, mungkin dibiarkan lebih dingin terlebih dahulu dan setelah hangat baru dimasukkan ke wadah. Cara ini merupakan pilihan yang paling mungkin diterapkan bagi warung-warung makan. Hanya saja pembelinya diminta lebih sabar lagi untuk menunggu makanannya jadi lebih dingin.

Pada akhirnya tentu saja kita sendiri yang harus memilih, bagaimana caranya untuk dapat selalu hidup sehat. Termasuk dalam hal penggunaan styrofoam dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ditulis Oleh Iqmal Tahir pada http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1091

Cerita perpustakaan sma 2


Ini habis baca bukutamu website sma2 ada yang menarik :
(sumber dari : http://www.sma2-purwokerto.net/bukutamu_list.php)

Di simpan pada tanggal: 16 Aug 2009 19:08:30
Nama : NN
Email :

Komentar : kisah saya dalam meminjam buku di perpus:

SAYA : kamu ke perpus ya. pinjem buku kwn.
TEMAN SAYA : ok. LAlu teman saya dan 1 orang teman yg lain ke perpus. setelah dari perpus...
SAYA : lo... ga ada apa?
TEMAN SAYA : ada si. tapi bolehnya dipinjem nanti jam 11 kurang. soalnya bukunya cuma ada 1.
SAYA : Oh... ya dah. nanti ke sana setelah itu pelajaran dan ada tugas kelompok. setelah pelajaran itu, saya dan teman saya segera ke perpus. ketika sampai di perpus, petugasnya sudah nyincing tas mau pulang.
PETUGAS PERPUS : Lha dari tadi ditungguin. katanya mau pinjem.
SAYA : tadi kan masih pelajaran.
PETUGAS PERPUS : ya ijin. bilang mau ke toilet. bagaimana bisa sy ijin? sedang pelajaran dan lagi ada tugas kelompok.

Esok harinya sy mengembalikan buku ketika istirahat.
SAYA : Mau ngembaliin buku
PETUGAS PERPUS : kan disuruhnya tadi jam pertama.. kenapa baru sekarang?
SAYA : tadi sudah ijin guru tapi tidak diijinkan. soalnya pelajarannya mau mulai. PETUGAS PERPUS : siapa si gurunya?
SAYA : xxx. lalu petugas perpus terdiam. setelah mengucapkan terima kasih, saya dan teman saya pergi.

Yang membuat heran dari pengalaman ini, petugas perpus kok nyuruh saya bohong. trus juga kenapa bukunya harus dipinjam dan dkembalikan pada saat jam pelajaran? bukankah itu mengganggu? mohon kebijaksanaannya dalam peraturan peminjaman dan pengembalian buku. crita iti bukan fiktif. tanpa maksud untuk merusak nama baik, sy hanya ingin perpus kita menjadi lebih baik. Trima kasih.

Ditulis kembali oleh : Iqmal Tahir


Komentar teman2 :
Iwan Sams:

Apa perlu Deltu Club bikin gerakan zakat buku untuk almamater?

Cuma ngasih ide aja dulu. Tapi saya siap menyumbang buku deh.

Iqmal Tahir :

Sipppp, Gayung bersambut... Nyumbang buku hasil beli obralan di pameran juga sah-sah saja kan.... Hayo yang di jakarta dan sekitarnya, mumpung ada pameran buku...
Ajak putera-puterinya nonton pameran, traktir mereka untuk membeli buku, borong juga buku-buku untuk perpustakaan sekolah jika mau.

Mottonya : "Book is forever"

Usulan lain :

Iwan dan teman2 lainnya, bagaimana kalau deltu bikin cd untuk buku elektronik terbitan diknas yang dikemas khusus. Ebook pelajaran sma itu free licence dan dapat didownload gratis. Kalau buku itu dikemas dalam 1 cd dan diwadahi sampul khusus, ada sampul dengan memuat logo deltu misalnya, kan bagus. Tinggal dibuat interface untuk startup menu-nya saja dan ada link untuk masing-masing judul ebook pelajaran dari diknas.

Mengingat kapasitas CD sekitar 700 MB, biasanya masih sisa, dapat saja diisi dengan ebook pengetahuan umum lainnya (hehe.. cuma yang ini aslinya bajakan).

Untuk teknis soal ini saya kira ada teman2 deltu yang lebih ahli dan profesional untuk membuat cd macam ini. Kalau saya sih bisa, cuma hasilnya ya gitu deh....Maraih ngguyu wong sing ndeleng....

Iwan Sams :
Sing ngerti gawean kayak ngene kuwe Bayu kambi Engki.

Nanti aku bicara sama mereka dah. Tapi kan Engki baca email ini ya mestine.

Eng, nek maca piro Eng biayane mewujudkan idenya Iqmal soal e-book ini?

Seraya belanja buku teman2 yang sudah siap, silahkan belanja buku. Atau kalau ada buku bekas yang ndak dipakai tolong dipak. Kalau sudah siap, beritahukan ke saya. Nanti saya ambil ke rumah. Kalau sudah banyak kita kirim ke Purwokerto konvoi aja siapa sing arep melu?

R Taufik Hidayat :

Ki Lurah,

Siaaaap komandan.... inyong melu melu melu....tapi nunut baen ya inyong karepe arep konvoi...tapi nggo apa lah....he he he
Salam,
Taufik Hidayat.

Iqmal Tahir :

Sepertinya topik buku perlu dispesifikan atau bebas nih, minimal yang mengandung unsur edukasi atau kewirausahaan juga bagus, tapi yang buku fiksi kan juga boleh kan...

Kalau soal perpustakaan, jadi ingat Bhina Eka nih... ada yang bisa cerita kabar perpustakaan ini sekarang gak ya ? Dulu, saya jadi anggota nya sejak SD kelas V.

Tri Budi Yuswantoro :

Perpustakaan Bhina Eka .. ????
Wah, Iqmal jadi mengingatkan memory saya dengan perpustakaan tersebut. Nama yang familier sekali untuk perpustakaan jaman kita. Alamatnya . . . . . ? pokoknya bisa masuk dari jalan Adiyaksa, sebelum mentok belok kanan. Mungkin saya salah satu member yang cukup aktif.

Umumnya kita ke sana untuk mengisi liburan (khususnya yang tidak mampu pergi ke luar kota).


Awal-awalnya saya juga seperti itu pergi ke perpustakaan Bhina Eka pas liburan sekolah jadi kartunya agak lama penuhnya. Tapi begitu tamat SMA saya tidak perlu menunggu liburan untuk datang ke sana. Saya bisa tiap hari datang dan membaca koleksi buku buku di sana.

Kok bisa ya....., ha ha ha........ lah wong saya tamat SMA pindah profesi jadi pengacara alias pengangguran ngga banyak acara . Makanya perpustakaan Bhina Eka menjadi teman saya untuk mengisi acara.

Pagi hari sekitar pukul 09.00 di saat anak anak pergi sekolah, mahasiswa pergi kuliah, saya sempatkan minimal seminggu 3 kali datang ke perpustakaan itu. Sekedar menghilangkan kejenuhan di rumah (takut jadi ibu rumah tangga), sekalian mencari wawasan syukur syukur bisa kuliah di kesempatan mendatang.

Bagaimana suasananya saat itu? Berhubung bukan hari libur pengunjung bisa dihitung dengan jari, sehingga suasananya cukup lengang. Suasana yang bikin mata cepat mengantuk , he he he.

Saya sempat bertemu dengan Dian Tahyadi, tapi kok ngga pernah bertemu dengan Iqmal ya. Mungkin jadwal kunjungannya berbeda, di saat saya jadi pengacara, Iqmal sudah tidak di Purwokerto lagi

Iwan Sams :

Hai Yus, aku menjadi anggota Perpustakaan Bhina Eka sejak kelas 1 SMA sampai semester 4 jaman kuliah.

Hehehe, diam-diam aku sering kok ke Purwokerto di awal-awal semester di Jogja. Biasanya yang kukunjungi ya cuma Wikan di kostnya dekat Kampus Unsoed, karena sahabat lainnya sudah nggak ada, atau nggak tahu ada dimana. Tentu sekalian ada keperluan lain yang kadang kufikir aneh yaitu "ngapeli" seseorang di gang Mas Cilik, huahaha ..... ( eh tapi istilah ini juga tidak tepat, karena tak ada Declaration of Independence, eh deklarasi bahwa kita berpacaran, hahahaha ....)

Ok kembali ke Bhina Eka.

Bhina Eka sebagai perpustakaan memang mengasyikkan. Buku2 nya komplit. Dulu kalau pas pulang sekolah, biasanya aku ya ndak langsung pulang. Tapi main dulu ke Bhina Eka, pinjam beberapa buku (biasanya komik) lalu pulang ke rumah. Jadi jarang membaca di tempat. Aku rasanya pernah ketemu Yus beberapa kali. Nggak tahu deh apa Yus ingat ndak? Sama Iqmal ke Bhina Eka ya pernah sekali (waktu kelas 2 SMA kalau ndak salah).

Buku2 nya lumayan komplit. Baru-baru. Komik2 nya asyik-asyik. Pelajar perantauan kayak aku yang jauh dari orang tua mana punya uang saku banyak, makanya kalau soal sewa-menyewa buku maka itu adalah hobiku. Selain Bhina Eka, aku juga menjadi anggota dua persewaan buku yaitu di Jalan Raga Semangsang (tak jauh dari Sekolah Bruderan) dan di Jalan belakang penjara Purwokerto (LP Purwokerto), yang jalannya turun tembus ke Sawangan itu.

Kalau di persewaan komik, maka buku Kho Ping Ho dan Chin Yung adalah hiburanku ketika itu. Kulahap habis. Sering juga kecewa karena banyak serinya yang tidak utuh lagi. Memanah Burung Rajawali adalah kisah favorit waktu itu, juga Pendekar Pulau Es, Golok Pembunuh Naga, dan beberapa judul asyik lainnya.

Kebiasaan buruk? Hehehehe, ibunya Ajib pernah memergoki aku pas kelas 1 membawa segepok komik silat ke sekolah. Beliaupun menasehatiku panjang lebar. Ketahuan deh.

Sedang di Bhina Eka, lebih banyak baca komik-komik modern macam : Roel Dijkstra, Trigan, Storm, dan sejumlah serial fiksi ilmiah lainnya macam Pertempuran Antariksa, Bumi di Tahun 2150. Dan banyak lagi. Tak heran kalau genre fiksi ilmiah semacam ini menjadi bacaan kesukaanku sampai sekarang.

Sama dengan Yus dan Iqmal, akupun bertanya pada teman2 yang di Purwokerto : Apakah perpustakaan Bhina Eka masih eksis ?

Memorabilia sosok dan peristiwa


Luar biasa clubing di Deltu. Baru subscribe langsung terkaget-kaget ada puluhan (bahkan mungkin seratus) email seminggunya masuk di account saya (he...he...mohon maaf saya biasanya sempat buka di akhir pekan. Dan yang lebih mencengangkan adalah kualitas memorabilia sosok dan peristiwa yang disajikan oleh teman-teman semua. Ini pasti didukung kecintaan yang melekat dalam terhadap masa-masa memorabilia tersebut terjadi (saat SMA)..

Kalau saya sih, sudah tobat lebih dulu. Wong, sudah ketemu rupa dan mendengarkan suaranya saja saya masih kesulitan untuk membangkitkan kenangan terhadap yang bersangkutan. Eh teman-teman malah mampu mendeskripsikannya secara detail lengkap dengan peristiwa dan saat saat bersama sosok memorabilia tersebut. Itulah luar biasanya.

Memorabilia sosok memang selalu bergerak sejalan dengan tingkah polah, status, dan perangai dari sosok tersebut. He..he...contohnya Mbodo. Dulu pendiam....sekarang sudah banyak petuahnya. Atau Hery Set, pak Komandan ini sdh pantes kita angkat untuk jadi wedana di Banyumas...he. ..he...Tartum yang dulu Kyai sekarang jadi bromocorah di NTT. Atau teman-teman lain terkaget-kaget dulu saya kurusan kurang makan, sekarang agak tembem kurugan utang. Jadi boleh donk kalau saya excuse kadang susah membangkitkan sosok tertentu dari teman-teman he..he....

Tetapi, memorabilia peristiwa, ini guratan sejarah, tidak mungkin dirubah. Ini fakta hidup. Ini novel kehidupan. Ketika teman-teman menceritakan kembali peristiwa itu, saya benar-benar bernostalgia di untaian cerita tersebut. Saya jadi inget masa saya senang bertanya dan menjawab sendiri di tahun 2007 (http://pondokpersin ggahan..wordpres s.com ). Tapi itu dulu. Sekarang, saya malu untuk mulai kembali menulis blog tersebut. Kalaupun ada yang bertanya, biasanya saya jawab bahwa saya masih tapa brata, ngunduh kaweruh di seloka kehidupan.....He..he..he..sebenarnya sih, saya merasa semakin tidak berarti dan tidak layak untuk menuliskannya ketika saya diberi anugerah untuk semakin mengerti arti kehidupan itu.

Mungkin kelak, kalau sudah semakin tidak mengerti (jompo, tuwe, parkinson, dll) saya bisa kembali bercerita berbagai memorabilia peristiwa. He..he..he.. sekarang saya hanya ingin menikmatinya. ..Terima kasih yo teman-teman

Ditulis oleh Kristianus Ade Sudiyono di milis Deltu

Komentar teman2 :
Bowie Kusumo Wibowo :
Dulu saya paling sering copy catatan mas Ade, karena tetangga kost paling dekat dan teman Fis3.

Mudah-mudahan semua catatan tsb sudah dikembalikan (ngak ada utang).
Dulu anak kost sekarang bapak kost....

Salam

Minggu, 25 Oktober 2009

Komentar Pertemuan Deltu Jatim

Tri Budi Yuswantoro :
Waduuuh . . . . mohon maaf saya tidak bisa ikutan unjuk gigi, soalnya giginya kuning kuning, he he he. Sebetulnya Sabtu malam Kun Ani menelepon sekitar pukul 21.00 an, tapi saat itu saya sekeluarga sudah pada tidur. Maklum malam di Malang lebih cepat, magribnya saja sekitar pukul 17.22. Selain itu setiap hari Minggu pagi ada acara jalan jalan sehingga tidurnya harus lebih cepat. Hari Minggu pagi saya lihat HP ada SMS dan miss call dari Kun Ani. Saya telepon balik kok tidak diangkat, ya sudah saya melanjutkan acara jalan jalan dan bersih bersih rumah.

Siang hari selesai beres beres saya mandi ganti baju dan saat itu lihat HP di saku celana ada miss call dari Hey Setiyono. Saya telepon balik ternyata dia sedang ada acara makan bareng Kun Ani di Prima Rasa. Tadinya saya mengira Hery sedang di Malang. Berhubung lokasinya di Surabaya dengan mohon maaf saya tidak bisa datang.

DELTU Club Jatim Bertemu di Primarasa


Heri Set nampang duluan, hehehe...


















Deltu junior, yang pegang laptop anak Asti













Heri Setiawan, Kun Ani Ratih, Ruth Endah Juniana, Idsak Kurniasti, masing2 beserta pasangannya, kecuali Kun Ani Ratih

Rabu, 14 Oktober 2009

The Power of Hospitality Vs The Power of Technology

Teman, kawan, saudara, sahabat, kangmas, mbakyu....
Apa yang saya alami di minggu-minggu ini adalah perpaduan kekuatan hospitality dan teknologi. Luar biasa. Hampir 23 tahun, bayang tentang sosok physical, raut muka, suara, bahkan nama, seolah kembali tersaji (walaupun tidak jarang dengan perjuangan yang sangat keras untuk membangkitkannya kembali).

Saya sepakat, technology hanyalah sarana. Hanya karena hospitality yang sangat tinggi dari teman seperti Kun, Iwan, Hery, Asep, Yus, Eko, Eka, akhirnya saya mendapatkan kesempatan dan suasana yang sangat nyaman untuk bernostalgia.
Kekuatan inilah yang mereka miliki untuk mau menerima kembali si domba yang 23 tahun hilang.

Saya juga sangat yakin, hospitality dari Mbayu Tjatur, Tartum, Hery Set, Mas Kuntarto, Adjib, Mba Frisca, Yeyen, Basuki, dan teman-teman lain yang closely monitor forum ini adalah kekuatan yang mengikat kebersamaan ini.
Suwun dan matur nuwun ya.

(Ditulis oleh Kristianus Ade Sudiyono di milis DELTU-Club@yahoogroups.com)

Selasa, 13 Oktober 2009

Komentar Pertemuan Kris Ade Sudiyono

Binna @ Dusseldorf :
temans, mau nanya nih ... si Ade itu yang pake batik merah ??? Penasaran habis nih ... maklum 22 thn ngga ketemu ybs :)

Tartum di ternate :

Betul tuh ade yg pake batik merah

Kris Ade Sudiyono di Jakarta :
Waduh nyuwun sewu Mbayu.
Saya coba membongkar memory tentang nama ini.
Saya really kesupen..... ., dahulu biasa disapa siapa ya.
Pastinya sih, Mbayu adalah seseorang yang akan selalu saya inget.
There were so many unforgetable memory with me, toh?
He..he...he.

Djarmanto di Purwokerto :

Alhamdulillah Wa Syukurilah................

Kun Ani Ratih :

ck.ck..ck... thanks ya jib

Rahayu Widiastuti di Purwokerto :

subhanallah,kris dulu bareng kelas 1...kaya apa yah....

Adjib Al Hakim di Lamongan :

Cepet banget nih laporan pandangan matanya (sambil berlinang air mata krn nggak bisa hadir, uhukk)

Iwan Sams di Jakarta :

Kebetulan belum tidur Jib. Jadi kudatangkan ngantuk dg mengetik di milis seraya berharap mimpi indah masa SMA menghampiriku sejenak enam jam hingga pagi.

Rahayu Widiastuti di Purwokerto :

wow....kristianus ade....dulu kan kecil tinggi...skrang beda sekali....

Herry Drajat di Jakarta :

Jib...... setiap kami2 ini ketemu...... pasti ada kata-kata "Ajib pasti nyesel... ngga bisa hadir."

Tri Budi Yuswantoro :

Sabar Jib . . .giliran kamu tugas jakarta ntar minta disambut ha ha

Sayekti Eka Priyati :

iya Jib..ntar diundangna ebek sekang purwokerto..he..he..

Kuntarto di Sidoarjo :

Wah ini bener2 anak yg ilang telah kembali...ade. ..yaopo kbarmu?tak susul nang suroboyo..malah gak onok..sejak yg.1996 aku di sby...utk hery srt kpn Deltu jatim kumpul2v jg tmn2 lainnya gmn?

Tribudi Yuswantoro di Malang yg kebetulan ada di Jakarta :
Ralat saya bukan jago basket tapi biasa main bola volly.
Saya pribadi mengucapkan terima kasih atas atensi teman teman yang mengfasilitasi pertemuan itu dan khususnya kepada Ade yang mengundang makan malam. Biarpun secara pribadi saya tidak dekat dengan Ade saat SMA dulu namun pertemuan tadi malam langsung bersahabat dan mengakrabkan, maklum Ade ini orangnya mudah bergaul. Ditambah dengan kemampuan intelektualnya wajar kalau sekarang menduduki jabatan yang prestisius. Terima kasih juga atas kesediannya mengantar ke tempat penginapan.
Salam Deltu
Yus, kebenaran lg nang Jkt.

(disarikan dari milis DELTU-Club@yahoogroups.com & facebook Kun Ani Ratih & Adjib)

Senin, 12 Oktober 2009

Makan Malam dengan Kris Ade Sudiyono (II)

Delapan?

Ya teman-teman. Delapan orang hadir di Setiabudi Building tadi malam guna mengucapkan selamat bergabung Ade. Here are us, you have find finally. Hahahaha ....

Kristianus Ade Sudiyono malam itu tampak sehat. Berbaju batik, dan senyumnya lebar sekali. Wow, inikah si jenius angkatan kita itu? Rangking akademik terbaik saat kita lulus Mei 1987 ini kini adalah ayah dua anak berusia 8 dan 12 tahun.

Begitulah antara lain dia berkisah pada kami : saya, Asep, Herry Drajat, Eko Priyanto, Kun Ani Ratih, Sayekti Eka dan Tribudi Yuswantoro.

Tribudi malam itu tampak penat dan mengantuk. Maklum saja, cah Sawangan ini seharian kelelahan mengikuti training yang diadakannya kantornya, Ditjen Pajak Departemen Keuangan.

Yus - begitu panggilan akrabnya - selama seminggu ini memang sedang dinas di Jakarta. Pria energik yang dikenal sbg jago basket itu tampak senang bisa berkumpul kembali dg komunitas Deltu Jakarta. Maklum, dia kini tinggal di kota apel, Malang - Jawa Timur.

Cerita kami malam itu begitu berwarna. Loncat kesana kemari. Ade menepati janjinya mentraktir kami semua. Dan dengan senang hati kami mendengarkan si genius alumni Teknik Industri ITS itu bercerita.

Atau sebaliknya, Ade yang kami "paksa" mendengar cerita-cerita konyol kami. Hahahaha.

Pengunjung lain melirik cemburu dengan kehangatan dan keakraban kami malam itu. Apa boleh buat. Beginilah para Deltu Clubber kalau sudah bertemu :)

Heboh. Ribut. Dan Banyumas banget.

Bagian saya dan Ade berkisah, tentu saja soal organisasi KIR yang pernah kami bentuk dulu. Kelompok Ilmiah Remaja. Disitu Ade menjadi Ketua nya.

Kami sama-sama sesalkan, KIR SMA 2 tak pernah bisa berkembang karena proposal dana yang kami ajukan tak mendapat persetujuan sekolah.

Sampai kami mengakhiri status kesiswaan kami, tak satupun program KIR wujud.

Dan kami berpisah. Ade ke ITS Surabaya dan saya ke UGM Jogjakarta.

Sampai takdir mempertemukan kami malam tadi di Jakarta. 22 tahun dirajut kembali dalam sebuah Club pertemanan sesama alumni 87 SMA 2 Pwt.

Foto-foto nanti menunggu kiriman dari Kun Ani Ratih dan Herry Drajat nggih?

Ade pengen cerita juga? Nambahi?

Monggoh.

Makan Malam dengan Kris Ade Sudiyono (I)


Salam kompak DELTU
Cepet banget...!!! Luar biasa nih laporan pandangan mata dari Kun Ani Ratih. Bertempat di Setia Budi Jakarta, malam ini, atas undangan Kristianus Ade Sudiyono beberapa anggota DELTU-Club dipertemukan kembali.
Dari kiri ke kanan, Tribudi Yuswantoro jauh2 dari Malang pun menyempatkan datang, Herry Drajat, Asep, Sayekti Eka Priyati aktivis DELTU baru nich, Kristianus Ade Sudiyono, Kun Ani Ratih, Iwan Sams, Eko Priyatno

Laporan Pandangan Mata dari Kun Ani Ratih













Minggu, 11 Oktober 2009

Anak “gaul” kah kita saat di SMA 2 ???

Anak Gaul artinya sampai sejauh mana saya mengenal baik teman teman dan begitu pula sebaliknya. Semakin banyak mengenal teman dan dikenal teman artinya tingkat ke”gaul”annya tinggi. Hitung hitungan kasar saya dari jumlah siswa SMA 2 lulusan tahun 1987 sekitar 500 anak (plus Donny dan Alfina), saya pribadi hanya mengenal secara baik sebanyak 127 orang atau 27.4%. Suatu jumlah yang kecil untuk dikatakan sebagai anak gaul. Dari 127 tersebut sebagian besar saya kenal karena satu kelas, pernah satu kelas atau kenal saat SMP dan SD. Kesimpulannya tingkat ke”gaul’an saya rendah, sehingga pantas kalau saat reuni banyak wajah wajah asing di mata saya.

Pengalamana lain karena kurang dikenal saat SMA, saat saya bersilahturahmi ke rumah Bowie dan Sujanggi. Berhubung dari dulu memang tidak kenal rasanya saat bertemu ceritanya kurang nyambung. Saya cerita kiri mereka cerita kanan, nanti ceritaya kadang bertemu. Hanya karena kita sama sama satu alumni sehingga ada rasa persaudaraan. . Berbeda saat bertemu dengan yang dari dulu memang kita sudah kenal seperti bertemu Iwan Sam, Hardiyanto, Bayu ataupun Ajib. Karena sudah mengenal baik maka cerita kita mengalir lancar dan nyambung terus, he he he.

Kembali ke tingkat ke”gaul”an yang rendah, hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Saya merasakan bahwa saat SMA jarang bermain dengan teman teman beda kelas. Jangankan main dengan anak Fisika dan Sosial yang letaknya terpisah, dengan kelas Biologi yang nota bene berdampingan saja sangat jarang. Selain itu saya tidak mengikuti kegitan yang melibatkan kelas lain seperti kegiatan OSIS, PMR, Pramuka, Pecinta Alam dan sejenisnya. Hasil lainnya saya hanya jadi pengamat kelas saja sehingga tahu Donny cintanya ditolak, Soni yg lengket terus sama best friendnya, Hendro yang sering kabur (ke Sumbang ya), Obi mainnya sama anak cewek melulu atau isu Arina sama Ajib, he he he.

Kalau dibuat survey siapa anak paling dikenal di angkatan kita, mungkin selain ketua OSIS Andriyanto (mau ngga mau harus tahu), mungkin Endro dan Engki jawabannya (harusnya 2D bukan 2E, karena nama mereka Dwi Hendro dan Dimas Widiokongko) .

Melalui milis ini saya berusaha mengurangi ketertutupan seperti saat SMA. Ini dilakukan agar para alumni lebih mengenal saya sebagai upaya untuk menaikkan tingkat ke”gaul”an dan mencari dukungan untuk mencalonkan diri sebagai . . . .walah ngomongnya kok dadi nglantur. Intinya sebagai upaya untuk menyambung tali silahturahmi, gitu aja kok repot.

(Diposting oleh Tri Budi Yuswantoro)

Kamis, 08 Oktober 2009

Deltu di Reuni SMP2 Pwt (II)














Tribudi Yuswantoro (The Master)

















Yongky


















Woro Sri Legani




















Sembodo Surarso




















Puji





















Nur



















Niken



















Minarni


















Lilis Maryati



















Dian



















Arih Murtikawati


















Aji


















Saptono Purwo Pranggoro Cs

Rabu, 07 Oktober 2009

Dokumentasi "Deti Viesta" II







Pengarahan Bung Max ke anak buahnya, agar nanti acara berjalan dengan baik. Ajudannya (Iwan) serius menyimak, hiks











Wikan grogi ma bintang tamunya, hahaha...













Donny, salah..!! Itu Deti, bukan Asep, woooiiii....













Deltu Club emang tob markotobbbb.....













Idjooo.... haiii....













Tjatur mencoba mejeng dg posisi terbaiknya, pdhl lainnya serius nyanyi lho...