Selasa, 17 November 2009

Kenangan bersama Guru2 Tercinta (1)

Temans, waktu kita sekolah dulu kan jadwal pelajaran biasanya kita tulis pake kode guru khan?

Aku ingat sekali soalnya masih ada catatannya sampai sekarang.

Misalnya jadwal pelajaran Matematika kita tulis SAM = Sampurna (guru matematika), juga SY = Suyono (guru gambar), atau SD = Sudjiati (guru matematika yang lain), atau SM = Sumarno (guru biologi).

Dan kemudian SR = Siti Rohimah (guru bahasa Indonesia) dan BB = Bambang (guru bahasa Inggris) atau AP = Agus Pitoris (guru Geografi dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa).

Aha, aku mau cerita sedikit cerita lama soal guru kita bernama Pak Bambang yang guru Bahasa Inggris itu.

Kalau dia mengajar kelas kita, masih tensi biasanya agak turun karena pak Bambang ini kan orangnya humoris. Selain itu beliau ini suka sekali dengan artis bernama Marissa Haque. Hehehehe, inget bener sekali saya soal ini.

Selanjutnya sebelum mengajar dia mengedarkan topi, dan kita kudu mengumpulkan uang pengganti ongkos cetak untuk diktat bahasa Inggris yang sudah dia siapkan di meja. Kalau di Fis-2, tugas ini biasanya dijalankan dengan sangat baik oleh Nina yang memang Bendahara kelas. Hehehehe ....

Suatu ketika, topi tersebut mampir ke meja saya. Uang yang harus dikumpulkan untuk membeli diktat adalah Rp 200,-. Sementara uang saya Rp 1.000,- jadi mestinya masih ada kembalian Rp 800,- nah persoalannya sewaktu sang topi berjalan, ada anak lain yang juga butuh kembalian. Jadi waktu topi itu sampai ke meja saya, maka tak ada lagi kembalian yang bisa saya tukarkan.

Terpaksa saya memasukkan uang Rp 1.000,- itu ke topi sembari menelan ludah. Lha, Rp 800 cukup buat beli bakso Bu Dikin dua mangkok jeee ....

Saya ikuti terus topi itu sampai ke belakang tempatnya Imam Wuryanto dan Eko Wilasmono bersarang. Dan topi itu kembali ke depan. Dengan tenang, saya mendekat ke meja Pak Bambang. "Eh mau apa?" kata Pak Bambang memandang saya curiga.

"Anu pak, uang kembalian saya belum saya ambil tadi," ujar saya gugup.

"Wis mengko baen. Tes pelajaran baen yah?" kata Pak Bambang sembari meraup uang yang ada dan memasukkan ke tasnya.

Masalahnya, pelajaran hari itu lumayan berat. Dan sayapun lupa menagih uang kembalian yang Rp 800,- itu. Pak Bambang juga lupa.

Sampai sekarang. Hahahahahaha ......

Tentu saja sudah diikhlaskan saja. Tetapi itu tercatat di salah satu buku harian saya. Rp 800,- kan lumayan .....

Ditulis oleh Iwan Sams di milis deltu


Komentar :
Tri Budi Yuswantoro :


Ben milise tetep rame karo ben mbahe dewek Ki Lurah Iwan Sam dadi seneng monggo putu putune pada ngirim cerita, wakakak. Saya ada sedikit cerita (biarpun dulu pernah saya tulis, tapi mbah kan sudah lupa)paling tidak untuk memancing teman teman untuk bercerita mengenai guru SMA yang bagaimananpun juga telah berjasa sehingga kita bisa hidup seperti sekarang ini.

Pertama dengan Ibu Guru Agama yaitu Ibu Munjiyah. (itu lho ibunya Ajib). Yang pasti kalau ulangan harus tahu penanggalan Islam dan menulis Basmalah/ Hamdallah dengan huruf Arab (sampai sekarang nulis Arab cuma itu doang yang tahu). Selain itu waktu kelas 3 ada tugas lain yang demi mendapatkan nilai, saya paksakan ikut yaitu satu kelas (dibagi beberapa anak) membaca Al Qur’an 30 juz yang dibaca di rumah dalam waktu tertentu.

Terus terang aja bacaan Al Qur’an saya waktu itu baru bisa juz ‘amma itupun baru sampai Alam Nasroh, mana terbata bata lagi he he he. Namun demi nilai dan prestise (emang ada yang ditaksir di kelas he he he), saya menyanggupi juz ke 30. Bagi teman yang sudah lancar baca mungkin sehari dua hari bisa selesai, namun bagi saya butuh waktu lama sekali.

Selang beberapa hari pas pelajaran agama pasti ditanya masing masing anak udah sampai mana. Berhubung saya kalau baca huruf Al Qur’an lama banget, demi menyingkat waktu kebetulan waktu itu ada buku juz ‘amma yang ada huruf latinnya, maka saya baca huruf latinnya itu dan saya laporkan kalau saya sudah selesai membaca juz 30. Wah ketahuan ya kalau bohong he he, tapi benar benar lo saya baca (huruf latinnya).

Waktu itu saya berpikir toh ngga dicek, wong dibaca di rumah (coba disuruh baca huruf Al Qur’annya di depan kelas, bisa malu banget). Jadi kalau sekarang lihat buku juz ’amma yang ada huruf latinnya, jadi inget Ibu Guru Munjiyah, hi hi hi buka rahasia.

Yang kedua dengan Bapak Agus Petoris guru Geografi, guru yang terkenal kocak dan blak blakan bahkan sedikit parno he he he. Justru karena berbau keparno-parnoan itulah makanya ada cerita yang sampai sekarang saya ingat.

Waktu itu kelas 2, seperti biasa beliau mengajar geografi. Topiknya masalah musim dan akhirnya disebutkan bahwa nama nama bulan dalam kalender bisa menandakan saat itu sedang musim apa. Contohnya bulan September artinya sat-satnya sumber (keringnya sumber air = kemarau), Desember artinya gede-gedenya sumber (banyak sumber air), Januari artinya hujan sehari hari dan seterusnya.

Nah sampai saat menerangkan bulan Juli semua terdiam apa artinya. Begitu dijelaskan artinya banyak anak laki-laki yang tertawa, terutama Hendro. Saya sendiri bingung apanya yang lucu, wong biasa biasa aja. Pokoknya yang saya dengar artinya maju-majunya ...... (sensor). Waktu itu saya tidak familier dengan istilah itu (kuper banget ya.

Dijelaskan pula saat bulan Juli memang banyak pengantin baru atau suami istri tambah intim. Saya sih diem aja.

Akhirnya begitu menikah (bulan Mei) saya perhatikan kalau bulan Juli ada apa kok katanya suami istri tambah mesra. Kalau dilihat dari musimnya bulan Juli sedang kemarau kemaraunya dan logikanya udaranya panas. Tapi kenyataannya pada bulan Juli walaupun musim kemarau namun udaranya agak lembab sehingga dingin juga sih. Nah mungkin yang dimaksud Pak Agus dengan udara yang dingin diharapkan suami istri sering dekat dekatan yang ujung ujungnya yaitu arti bulan Juli, he he he ada ada aja nih Bapak Guru.

Anak saya yang pertama lahir bulan April atau sekitar sembilan bulan dari bulan Juli. Apakah ini karena saat bulan Juli saya sedang mempraktekan teorinya Pak Agus? Wallahu alam....

Iwan Sams :

Hehehehe, humor Pak Agus Pitoris itu bikin merah padam lima gelintir cewek di kelasku juga Yus.

Soal bulan Juli itu. Mereka mencak-mencak marah sehabis jam pelajaran pak AP berakhir. "Guru koh saru banget," gerutu Nina kepada Ugi, teman sebangkunya.

Tidak ada komentar: