Kamis, 30 Agustus 2007

Sawangan Esmadu Deltu Reunion


Bernostalgia, Mendekatkan Hati

Oleh : Iwan Samariansyah

MERIAH dan penuh canda. Begitulah ketika para alumni SMA Negeri 2 Purwokerto Angkatan 1987 menggelar Reuni di rumahnya Alfina Damayanti, di Sawangan Depok (Jawa Barat) Sabtu, 25 Agustus 2007 lalu. Aku datang terlambat ke acara itu. Maklum, selain lokasinya yang lumayan jauh di hari yang sama aku juga mesti menghadiri sejumlah undangan yang mesti dipenuhi terlebih dahulu sebelum akhirnya meluncur ke Sawangan.

Aku menyebutnya dengan istilah singkat Sawangan Esmadu Deltu Reunion. Biar enak didengar saja di telinga. Undangan kami sebar melalui milis dan SMS, dan sedikitnya ada 30 alumni Angkatan 1987 (Deltu = delapan tujuh) yang mendapatkan undangan tersebut. Ditambah dengan keluarganya, kalau hadir semua, bakal cukup banyak yang datang pada acara tersebut. Meski kenyataannya tentu saja bisa berbeda.

Tamu istimewa yang datang dari tempat tugasnya yang cukup jauh tentu saja Ajib Al Hakim. Putera sulung guru agama kami semua dulu, Ibu Munjiyah Mughoffir ini bekerja di salah satu BUMN di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, PT Hutama Karya. Tempat tugasnya di Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. "Jum'at sore aku terbang dari Balikpapan langsung ke Jakarta," ujar Ajib.

Dia memelukku hangat. Maklum, Ajib adalah salah satu sahabatku semasa sekolah dulu. Sangat akrab dan kami saling berbagi cerita setiap saat dulu. Begitulah hubunganku dengan Ajib dulu. Mirip persahabatanku dengan Wikan. Sayangnya, reuni kali ini Wikan berhalangan hadir. "Sorry Wan, aku nggak bisa datang. Ada acara yang tak bisa kutinggalkan," ujar karyawan Radio 68H Jakarta itu saat kutelepon di ponselnya dua hari sebelumnya.

Tuan rumah, mas Yudi Irianto (suaminya Alfina) menyambutku hangat. Pria ramah itu tersenyum lebar dan menyalamiku erat-erat sebelum akhirnya mempersilahkanku masuk. Di beranda, duduk Mas Erik (suaminya Nuriana), Aji (adiknya Ajib) dan Mas Toni, suaminya Nina. Mereka tengah asyik memperbincangkan sesuatu saat aku tiba di tempat acara. Wah, sempat agak repot juga aku mencari lokasi rumahnya Alfina ini.

Saat aku datang, yang sudah hadir di tempat acara adalah sejumlah muka baru. Sebut saja nama Sujangi, Herry Drajat, Ni Luh Dewi, Ken Cintowati dan Nuriana. Yang terakhir ini datang bersama dua puteranya yang kerjanya ribut melulu. Maklum, anak-anak. Lantas ada Nina, suaminya Toni dan dua putera mereka yang cakep-cakep. "Yang sulung nggak ikut," ujar Nina yang tetap cantik dalam busana jilbabnya di usianya yang sudah menjelang kepala empat itu.

Nuriana dan Nina dulu semasa jaman sekolah adalah dua gadis primadona yang sering jadi bahan obrolan anak-anak muda kurang kerjaan seperti diriku. Tentu saja kedatangan keduanya di acara reuni ini membuat semarak suasana. Apalagi temanku Asep Adiyani yang kerjaannya menggoda melulu ikut pula hadir, seraya melontarkan gojlokannya membuat acara diwarnai tertawa tak henti-henti.

Herry Drajat, kawan sekelas di kelas 2 dan 3 membawa serta isterinya yang cantik, adik kelas kami semua. Angkatan 1988, Roslina namanya. Seangkatan dengan Bayu, Ira dan Rina. Herry ini sudah sering telpon-telponan dan kemudian chat lewat YM, tapi baru kali ini bersua secara fisik. Setelah 20 tahun lamanya. Bukan main ya? Nina juga begitu. Ken dan juga Ni Luh Dewi serta Sujangi dan Rudy. Lama juga ya. Jadinya pangling.

Sang tuan rumah, Alfina yang mantan penyiar Indosiar itu juga tuan rumah yang sangat baik. Berbagai suguhan makanan melimpah ruah pada acara reuni itu. Tentu dengan sajian khas Purwokerto yang mampu membuat lidah bergoyang saking lezatnya itu : Soto sokaraja, pecel Banyumas dan tempe mendoan. Belum lagi sejumlah kue dan buah-buahan yang terus menerus digerus oleh mulut-mulut kelaparan sore itu.

Datang pula di acara itu Rudy Siswadi, yang kebiasaannya tak berubah, santai dan ceriwis. Dulu semasa sekolah, entah kenapa, kawan-kawan menggelarinya sebagai playboy cap kucing. "Ora ngerti aku kok digelari macem-macem ya? Padahal aku kan dudu playboy ya," ujarnya dengan mata mengerjap-ngerjap jenaka. Hebat. Kemana kacamatamu Rud ? "Udah lama aku nggak pake kacamata," ujarnya.

Catur Yuliastuti juga hadir pada acara Reuni kali ini, jauh-jauh dari Tanjung Pinang, Riau. Dia adalah peserta yang paling setia datang ke setiap acara reuni. Di ujung acara datang pula Eko Priyanto, isteri beserta dua anaknya. Wicak yang katanya mau datang ternyata tidak kelihatan batang hidungnya. Begitu juga Niken, Bayu, Bowie dan Dimas. Dora berhalangan hadir karena mesti retreat di puncak. Eko item yang mengatakan hendak datang juga tidak terlihat. Begitu pula Indarti Suryaningsih yang bilang siap datang.

Tak ada acara khusus kami gelar. Sebagaimana biasa, kami saling bertukar informasi mengenai kabar kawan-kawan lama. Rudy bertanya soal kabar lama bernama si anu, dan yang lain menimpali dengan memberikan informasi mengenai kabar kawan tersebut. Begitu seterusnya. Soal kelakuan guru-guru kami dulu dan juga cerita-cerita lucu masa lalu tentu saja kami singgung, termasuk juga insiden pencurian mikroskop yang terkenal itu.

Apapun itu. Reuni kali ini cukup sukses dan menyenangkan. Sejak kumpul-kumpul pertama di rumahnya Catur Yuliastuti pada tahun 2000 dulu, ini adalah untuk kedua kalinya Alfina menjadi tuan rumah pertemuan kali ini. Sesuai kesanggupan yang disampaikan lewat telepon, Bowie yang tidak datang pada acara Reuni kali ini menyanggupi untuk menjadi tuan rumah Reuni berikutnya pada 8 Desember 2007 mendatang.

Alamatnya Bowie sebagai tempat pertemuan Esmadu Deltu Reunion mendatang adalah Jalan Kebagusan Dalam I No. 19, Jakarta Selatan. Disarankan datang melalui Jl JOE biar tidak ribet, begitulah SMS yang diterima oleh Alfina saat itu. Lanjutannya yang unik : Kalau ada yang kesasar bilang saja dekat rumah Ibu Megawati (mantan Presiden), ibune wong cilik. Hehehe, aku bukan PDI Perjuangan lho.

Reuni bagi kami adalah sarana untuk mengeratkan tali silaturahmi dan mendekatkan hati. Tiga tahun dari hidup kami semua yang singkat ini kami semua telah bersekolah di sekolah yang sama. Begitu banyak kenangan dan cerita yang telah kami buat ketika itu. Tidak ada salahnya kalau kami mengenang kembali nostalgia itu, saat kami semua masih di usia yang begitu muda dan begitu penuh kesalahan. Tiga tahun yang luar biasa dari kehidupan kami semua.

Tidak ada komentar: