Senin, 04 Januari 2010

Laporan Akhir DELTU PLUS GOES TO NATURE


Akhirnya bisa juga saya mendapatkan waktu untuk menulis laporan akhir dari even yang dirancang sejak dua bulan lalu dan kita bungkus dengan kegiatan bertajuk "DELTU PLUS GOES TO NATURE" yang digelar di Citarik, Sukabumi.

Meski sudah diumumkan jauh-jauh hari, ternyata peserta yang berminat masih banyak yang maju mundur. Ada yang sudah pasti ikut ternyata pada detik-detik terakhir malah membatalkan keikutsertaannya, sebaliknya ada yang tadinya sudah pasti tidak ikut pada akhirnya ikut serta dengan rombongan besar.

Ya sudahlah. Biasa itu, dan terjadi di setiap acara yang kita gelar bukan?

Pendek kata pagi hari itu jam 07.30 WIB hari Jum'at, 1 Januari kami berempat (saya, Yundri isteri saya, Opien anak sulung saya kelas 3 SMP dan Nina si bungsu yang criwis kelas 4 SD) meluncur dengan mobil kijang kesayangan kami membelah Jalan Raya Bekasi - Jakarta. Titik tujuan kami yang pertama adalah kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Kami menjemput keluarga Asep Adiyani yang akan ikut serta dalam mobil kami. Asep datang dengan membawa keluarganya yaitu Mbak Sol isterinya, Dimas anak sulung kelas 1 SMP dan si bungsu yang sama criwisnya dengan Nina kelas 3 SD). Jam 08.30 kami sampai di lokasi penjemputan dan langsung masuk tol dalam kota menuju Sentul Rest Area.

Kira-kira pukul 09.00 WIB saat mobil meluncur menuju Sentul Rest Area, ponsel saya berbunyi. Ada dua pesan masuk. Pertama dari Kun Ani Ratih dan kedua dari drg. Tjatur. Mereka sudah sampai duluan di sana dan sedang mengisi bahan bakar. "Saya masih di km 22," begitu pesan balasan yang saya kirimkan pada mereka. Tak lama kemudian, tempat peristirahatan yang lumayan besar itu kami masuki. Langsung menuju pompa bensin untuk memenuhi bahan bakar solar. "Penuh bang," kata saya. Ya, Rp 100 ribu untuk bahan bakar menuju Citarik, Sukabumi.

Kamipun segera menuju meeting point di tempat Kun Ani Ratih, suami dan anak-anak serta drg Tjatur dan keluarga tengah menunggu. "Kumpul di Tahu gejrot ya Wan," begitu pesan singkat berikutnya saya terima. Kamipun bersalam-salaman saling menyapa dan mengucapkan selamat tahun baru 2010. Ya. matahari pertama ditahun baru baru saja bersinar. Sembilan jam sejak pesta kembang api pukul 00.00 WIB tadi malam. Saya dan keluarga melewatkan malam tahun baru di rumah saja. Maklum stamina harus dijaga untuk perjalanan ke Sukabumi ini.


Kira-kira beberapa menit menjelang pukul 10.00 pagi, kamipun bergerak menggunakan tiga mobil menuju lokasi. Paling depan adalah mobil keluarga Tjatur terdiri dari sang suami yang handsome, drg. Sugeng sebagai pilot Innova, dengan penumpang drg Tjatur, Noval 16 bulan sang serdadu cilik dan seorang pengasuh bayi. Di belakangnya adalah mobil saya dengan saya sebagai nakhoda dengan penumpang terbanyak sebanyak 7 (tujuh) orang. Dan di belakang sendiri adalah keluarga Kun Ani Ratih, suami dan dua orang anak. Semuanya 16 orang.

Wikan Wiratsongko mengirim pesan singkat ke ponsel saya bahwa dia akan berangkat usai sholat Jum'at, hampir berbarengan dengan SMS yang saya terima dari Kristianus Ade Sudiyono yang menerangkan bahwa dia berangkat dari Majenang (Jawa Tengah) langsung ke Sukabumi !

Dan begitulah, kamipun melaju menuju lokasi pertemuan. Karena kecepatan kendaraan sedang-sedang saja, akhirnya menjelang sholat Jum'at di tengah perjalanan kami berhenti sejenak untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai muslim. Masjid tempat kami berhenti cukup besar dan parkirnya juga luas. Kami berhenti sekitar satu jam disitu dan melanjutkan perjalanan kembali sekitar pukul 13.00 WIB.

Perjalanan berjalan lancar dan aman, dan tiba di lokasi sekitar pukul 14.30 WIB. Di sepanjang perjalanan kami menemui berbagai pemandangan yang asyik. Juga banyak penjual durian ! "Wah enaknya nanti malam kita pesta duren," kata Asep. Sepanjang perjalanan tentu saja kegembiraan yang kami rasakan dan berbagai obrolan terlepas. Asep memang pintar mencari bahan obrolan sehingga tak terasa akhirnya kami tiba di tempat tujuan : kamp milik Selaras Outbound, The Adventures Land. Tepatnya di Kiara Land.


Begitu masuk ke kamp, kesenangan pun dimulai. Hehehehe, mata dimanja oleh warna hijau rerumputan dan areal persawahan yang menyenangkan. Balai pertemuan ada minuman aqua, air dingin maupun hangat, juga kopi serta sirup yang enak. Di pojok kamp ada delapan kamar mandi dan WC yang cukup memadai untuk dipergunakan sehingga tak perlu antri menggunakannya. Seluruh bangunan terbuat dari bambu, dengan atap dari daun rumbia. Sangat nyaman ditempati. Saya melihat ada tiga bangunan kecil masing2 berkapasitas lima tempat tidur dan satu bangunan besar berkapasitas 15 tempat tidur. Bangunana terbesar adalah Balai pertemuan yang menghadap ke lapangan yang luasnya kira-kira separuh lapangan sepakbola.

Kekurangan kamp ini hanya lokasi parkir buat mobil yang tidak ada. Selaras Outbound punya dua kamp yaitu Kiara Land dan Rock Land. Rock Land luasnya tiga kali lebih besr dari Kiara Land, dan saat kami datang sedang menerima dua buah bus berisi 150 orang tamu ! Rombongan kami yang lebih kecil ditempatkan di Kiara Land.

Acara hari pertama adalah acara bebas. Tetapi para fasilitator Selaras Outbound tidak tinggal diam. Mereka mengajak para peserta menjalin keakraban dengan menggelar rupa-rupa permainan kreatif yang mengasyikkan. Anak-anak tentu saja gembira dengan permainan yang digelar sebagai pengisi waktu siang hingga sore hari itu. Di lokasi acara sendiri, sudah ada keluarga besar Maksun yang ikut bergabung sebagai unsur plus nya :) Saya tidak sempat menghitung jumlahnya, tapi mungkin ada 10 orang. Karena selain Maksun, isteri dan anak-anak maka keluarga kakak ipar Maksun juga ikut serta.


Sekitar pukul 17.00 WIB, acara game pun selesai dan anak-anak berkreasi sendiri mencari permainan baru yaitu nyebur ke sungai kecil yang tak jauh dari kamp. Berbasah-basah mandi di sungai, hahahaha ..... dasar anak kota ! Tak lama kemudian, keluarga Ade Sudiyono masuk ke kamp dengan membawa lima anggota pasukan, disusul Wikan Wiratsongko dengan tujuh anggota keluarga, termasuk ibu mertua ! Dan kemudian keluarga Soni Listio ikut pula hadir. Agak sedikit larut saat digelar acara hiburan masuklah keluarga Eko Priyanto ke kamp perkemahan.

Perkemahan ? Ya karena jumlah peserta yang melebihi kapasitas pondokan akhirnya didirikan empat buat tenda besar yang kemudian diisi dengan tiga kasur. Malam harinya adalah acara perkenalan dan keakraban peserta. Tersedia pula organ tunggal dan kamipun menggelar acara lomba menyanyi. Tentu dengan suara yang pas-pasan, hahahaha .... semua orang bergembira, menyambut datangnya Tahun Baru. Yang paling bagus suaranya tentu saja Pak Mayor kita, drg. Sugeng. Maklum tentara, hahahaha ..... kan tentara kudu bisa nyanyi kan?

Yang paling jelek suaranya tentu saja saya, hahahaha ... juga paling nekad. Anak saya yang bungsu sampai menutup kuping karena malu mendengar suara ayahnya yang jelek. Wakakakak. Nggak perduli dah. Yang penting menyanyi. Jadi teringat saat kita ke karaoke bareng-bareng beberapa bulan yang lalu.


Acara akhirnya ditutup dengan menyalakan api unggun dan pesta duren rame-rame di sekeliling api unggun. Kira-kira jam 23.30 WIB menjelang tengah malam, perlahan-lahan kamp akhirnya sepi dan para peserta tertidur lelap di tempat pilihannya masing-masing. Saya sendiri memilih tidur di tenda, sembari mengenang dulu saat masih aktif di Pramuka SMA 2 Purwokerto. Hahahaha ..... dingin euy. Tapi nyenyak juga, wong kecapekan.

Esoknya, setelah bangun, kami semua berkumpul di balai pertemuan kamp untuk mendapatkan briefing singkat untuk rafting yang akan kami gelar pada pukul 07.30 WIB. Rombongan kami memang mendapatkan jadwal rafting pagi hari. Kami dibagi menjadi lima group perahu. Saya sekeluarga masuk group satu bersama Wikan dan puterinya yang sulung. Pemandu kami bernama Kang Iming yang juga merangkap Koordinator Rafting. Jadi perahu karet yang kami tumpangi akan berlayar paling belakang.

Kami semuapun segera menuju sungai, tempat jalur rafting yang terletak sekitar 200 meter dari kamp. Saya duduk paling depan bersama Wikan. Di belakang saya duduk Nina si bungsu (9 tahun, kelas 4 SD) dan di belakang Wikan adalah Opien si sulung (13 tahun kelas 3 SMP). Di belakang Nina adalah Yundrie, isteri saya. Dan di belakang Opien adalah puteri sulungnya Wikan, Najla yang usianya sekitar tujuh tahun. Sementara di buritan perahu tentu saja pemandu kami yang berpengalaman yaitu kang Iming.

Para peserta diwajibkan mengenakan perlengkapan standar untuk rafting yaitu helm, pelampung dan dayung. Nina dan Najla karena masih terlampau kecil hanya menjadi penumpang saja dan tidak memegang dayung. Jarak tempuh arung jeram kali ini adalah kelas family yaitu hanya lima kilometer saja dan ditempuh dalam waktu sekitar satu jam. “Kedalaman air ideal sekali yaitu 70 cm,” kata Maksun saat menyampaikan briefing.


Tadinya banyak yang takut-takut dan ragu untuk mengikuti mata acara puncak ini. Nina, puteri saya misalnya berkali-kali merengek ketakutan. Maklum saja, dia belum bisa berenang. Begitu juga Najla. Tetapi melihat di group lain juga ada anak-anak yang terlihat lebih berani, merekapun akhirnya ikut menjadi berani juga. Meskipun kesan takutnya tak bisa tertutupi.

Yang lebih lucu drg. Tjatur. Meski ikut turun ke tepi sungai, pakaiannya masih rapi, dan memang tadinya dia tidak ingin mengikuti acara ini menemani Rita, isteri Wikan yang kurang enak badan, juga isteri Ade yang kurang PD. Tetapi melihat banyak anak kecil yang turut serta dia menjadi penasaran. “Eh nanti basah ndak ya?” tanyanya lugu. Kamipun cekakakan mendengar pertanyaan terakhir itu. Wah, kalau nggak basah malah ajaib itu bu dokter, hahahaha ....

Dan perahu karet demi perahu karet pun meluncur ke tengah sungai yang mengalir deras. Teriakan kaget, gembira dan asyik bersahut-sahutan dari perahu yang satu ke perahu yang lain. Benar-benar mengesankan. Boom, atau terjunan jeram yang tersedia memang membuat adrenalin terpacu bagi yang baru pertama kali mengikuti acara ini.

Sebenarnya sungainya tidak terlalu seram. Cuma boom nya itu yang bikin kebelet pipis terus. Boom pertama tidak terlalu masalah, tetapi saat boom yang ketiga dan keempat, teriakan kami semua melengking tak keruan. Lumayan, ada kali 1,5 meter tingginya. Hahahaha. Rasanya tidak ada yang tidak menjerit-jerit entah menjerit karena senang atau takut. Saya sendiri berkali-kali berseru mengingatkan Nina dan Najla, dua gadis kecil di belakang agar berpegangan erat-erat pada tali perahu karet. Ngeri aja kalau kedua gadis kecil itu terlempar dari perahu, ya nggak? Meski kekhawatiran saya itu sungguh tak beralasan.

Pas sudah mau finish, perahu kita sempat kesangkut batu. Kang Iming berteriak agar kami memindahkan beban perahu ke kiri, terus ke kanan bergantian sehingga perahu karet bergoyang-goyang. Dan akhirnya terbebas dari sangkutan. Memang hebat Kang Iming ini ya?

Di depan kami, entah pegangannya kurang kuat atau asyik melamun ternyata ada perahu yang terbalik. Tetapi penumpangnya malah tertawa terbahak-bahak. Juga ada salah satu peserta yang terlempar. Belakangan dapat informasi yang terlempar ke sungai itu ternyata Nyonya Maksun. Wah, kok bisa?

Tetapi memang seru sih. Meskipun banyak peserta yang awalnya takut-takut. Bahkan Nina, yang di awal pengarungan jeram merengek-rengek takut, ternyata di lokasi finish malah ketagihan. “Kapan lagi Yah, kita coba lagi,” ? Lho, kok kayak angin? Tadinya ketakutan. Sekarang malah berani. Hebat deh.

Di akhir arung jeram kita disuguhi kelapa muda. Basah-basah pakaian kami semua, termasuk drg Tjatur yang tadi tanya. Tapi semua mengaku : ”seru dan ingin mengulang lagi !” Kamipun kembali ke kamp dan membersihkan badan dan segera menikmati makan siang terakhir. Benar-benar acara yang tak terlupakan. Kami juga berkesempatan mendapatkan foto-foto saat mengikuti rafting yang diabadikan oleh tim dari Selaras Outbound.

Setelah itu kami semua berkumpul di Balai pertemuan Kiara Land, dan menyampaikan pesan dan kesan serta berfoto untuk terakhir kalinya. Berikutnya sebagian dari peserta menuju Pelabuhan Ratu untuk piknik ke pantai. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 km saja lagi. Dan sebentar saja kami sudah tiba di Pelabuhan Ratu.

Dari Pelabuhan Ratu, kamipun pulang kembali ke Jakarta dengan membawa kenang-kenangan yang tak terlupakan mengenai acara “The Deltu Plus Goes to Nature.” Foto-foto silahkan lihat di facebook saya, Kun Ani Ratih atau Tjatur.

Dilaporkan oleh Iwan Sams, dokumentasi Kun Ani Ratih

Tidak ada komentar: