Kamis, 31 Maret 2011

Memilih SMA Negeri 2 Purwokerto

Sebagian guru-guru SMA Negeri 2 Purwokerto di depan Gedung Sekolah
Oleh : Tri Budi Yuswantoro

ORANG memilih sesuatu pasti ada alasannya, termasuk waktu memutuskan untuk masuk di SMAN 2 Purwokerto. SMAN 2 dipilih tidak hanya oleh mereka yang berdomisili di Purwokerto atau Kabupaten Banyumas, melainkan juga dari luar daerah bahkan luar pulau Jawa.

Bayangkan ada yang lulusan SMPN 1 Tanjung Selor (sebuah kecamatan di pelosok Kalimantan Timur), ada yang pindahan dari Palu, dari Prabumulih, dari Jakarta, dari Wonosobo dan juga dari Banjarnegara.

Mereka semua pasti memiliki alasan mengapa menjatuhkan pilihan pada SMAN 2 Purwokerto. Saya pribadi memilih SMAN 2 Purwokerto karena kakak pertama saya bersekolah di sana. (lulusan tahun 1981, satu angkatan dengan Mas Bowo kakaknya Toni). Salah satu cerita kakak yang membuat saya tertarik adalah tradisi mendaki Gunung Slamet bersama sama dengan teman satu angkatan. Maklum saat itu paling tinggi kita kalau ke Baturaden kita ke pancuran telu.

Walaupun mendaki Gunung Slamet medannya berat tapi kalau beramai ramai sepertinya saya sanggup dan pasti menyenangkan. Sayang, belum sempat saya bersekolah di sana, ada musibah kebakaran Gunung Slamet yang menurut berita dilakukan oleh rombongan pendaki gunung dari SMAN 2 Purwokerto tahun 1982.

Sejak saat itu tradisi mendaki Gunung Slamet ditiadakan. Namun hal itu tidak menyurutkan keinginan saya untuk tetap bersekolah di sana, apalagi ditunjang dengan keberadaan lapangan di depan sekolah menambah kesan tersendiri. Jarang lho sekolah memiliki lapangan yang begitu luas. Biarpun tidak ada kegiatan mendaki gunung bersama, namun masih ada kegiatan lain yang wajib diikuti setiap siswa kelas 1 yaitu pramuka dan berenang.

Berbeda dengan pramuka yang ogah-ogahan diikuti, kegiatan berenang merupakan kegiatan yang ditunggu tunggu. Beramai ramai naik colt omprengan duduk di belakang berhadapan hadapan menuju ke kolam renang Walik di Purbalingga. Saling bercanda dan memamerkan kemampuan berenang seperti terjun ke air, terjun dari papan loncat tertinggi dan menyelam paling lama.

Terlihat Iwan Sams, teman sekelasku yang badannya kerempeng mencoba pamer terjun ke air, sayang dada dan perut dulu yang kena air, kesakitan banget kelihatannya dia, ha ha ha. Benar benar menyenangkan apalagi saat kelas 2 kegiatan itu masih dilakukan hanya lokasinya pindah di kolan renang Tirta Kencana jalan Gerilya Timur Purwokerto. Sayang airnya mengandung kaporit, beda dengan kolam renang Walik yang masih alami dari sumber.

Lho kok malah kegiatan ekstra aja yang dipikirkan, bukan mikirin akademisnya. Kalau itu bagian anak anak yang jenius deh seperti Ajib, Iwan, Ade, Kuntarto, Hardiyanto, Iqmal, Philip, Agung, Yuddi, Tartum, Kadar, Indarti, Tjatur, Arina, Robert, Yunita, Antoni, Ibnu dan masih banyak lagi.

1 komentar:

handi mengatakan...

wah itu fotonya tahun berapa?