Rabu, 17 September 2008

Pameran Foto Tempo Doeloe

Kawan semua, salah satu acara pada Reuni Akbar Deltu Club pada Sabtu, 4 Oktober 2008 yang akan datang adalah "Pameran Foto Tempo Doeloe". Jadi silahkan memeriahkan acara tersebut dengan mengirimkan foto lama anda dalam bentuk softcopy (foto lama anda di scan) kemudian dalam bentuk foto digital dikirimkan ke email Ismurtyadhie yaitu ismurtyadhi@gmail.com sebelum tanggal 27 september 2008.

Ini beberapa contoh foto jaman mbiyen koleksi Wikan Wiratsongko. Silahkan dinikmati dengan senang dan semangat, sekaligus cemburu. Cemburunya karena ternyata ada sejumlah teman yang masih menyimpan koleksi foto-foto tua yang tak terbayangkan bisa dipajang lagi di media elektronik seperti ini.

Foto pertama dan kedua adalah Wikan, Iwan, Eko, Heri Peye, Tartum dan Aan (Ketua OSIS) mejeng di depan rumah. Saya lupa itu rumahnya Eko apa malah rumahnya Aan ya ? Keenam anak yang tampak mengantuk ini juga lagi ngapain, saya yang ada disitu malah lupa. Wikan mestinya yang cerita di milis, tetapi dia rupanya lagi sibuk. Mudah-mudahan bukan sedang merencanakan permufakatan jahat ya ? Tapi rasanya keenam anak ini wajahnya polos dan baik kok. Hehehe.


Foto ketiga ini adalah ketika sejumlah anak muda merasa bosan di kota Purwokerto dan memutuskan plesiran ke tepi pantai. Pantai mana lagi yang paling dekat kalau bukan pantai Cilacap di selatan Purwokerto. Memakai sepeda motor, pantai itu bisa dicapai dengan waktu sekitar satu jam.

Tentu saja pakai acara ngebut sambil petantang-petenteng bak jago balap. Rasanya dalam soal balapan ini saya masih tak terkalahkan.

Foto keempat ini tentu lebih berkesan karena untuk pertama kalinya selama bersekolah memakai dasi seperti eksekutif muda. Meskipun kalau dilihat lebih seksama sepertinya lebih mirip salesman yang hendak menjajakan panci dan sendok dari rumah ke rumah ya ? Foto ketiga ini yang mejeng di depan kamera adalah Iwan, Wikan, Teguh dan Jamaludin. Ikut terpotret bersama para jomblo itu dan memakai kebaya yang ayu-ayu itu siapa ya ? Kalau saya ngaku aja nggak tahu.

Lokasi mejeng sepertinya di dalam lingkungan sekolah karena waktu itu kita tidak jadi menggelar acara perpisahan di luar gedung sekolah. Tepatnya di ruang antara kantor kepala sekolah dan ruang guru. Keputusan menggelar wisuda di sekolah ini tentu saja mengesalkan bagi sejumlah kawan-kawan waktu itu. Merekapun memprotes dengan caranya sendiri. Meledakkan sejumlah gelas plastik bekas air minum (aqua) secara berame-rame sehingga mengejutkan bapak dan ibu guru serta para orang tua yang hadir saat itu. Nakal ya ?

Foto kelima dari lokasinya tentu saja bisa ditebak itu ada di Gunung Slamet. Waktunya masih saya ingat yaitu seputar tahun baru 1987, 1 Januari. Waktu itu kami berlima yaitu saya, Wikan, Iis, Bayu (Angkatan 1988) dan satu lagi saudaranya Iis anak Jakarta dengan nekad memutuskan untuk berangkat menuju puncak Gunung Slamet. Dan terjadilah cerita yang membuat kami berhak menyandang gelar "pahlawan" yaitu membantu sejumlah pencinta alam cewek asal Jakarta yang temannya mengalami kecelakaan sewaktu turun dari puncak. Kenangan itu cukup membekas bagi kami semua. Saya tidak tampak di foto tersebut karena saya lah yang jadi tukang fotonya.

Juga ada foto ketika kami semua menggelar perjalanan widyawisata ke Bandung dan Jakarta pada bulan Desember 1986. Itu foto mejeng rame-rame di depan Boscha, Lembang, Bandung. Sebelumnya di Jakarta kami juga mengunjungi Ancol, Taman Mini Indonesia Indah dan beberapa tempat wisata lainnya. Di Bandung, selain Boscha kami mengunjungi Museum Geologi. Hasil kunjungan itu lantas dijadikan bahan untuk pembuatan karya tulis.

Terakhir, adalah foto penyumbang yaitu Wikan Wiratsongko. Duduk dengan seragam kebesarannya, Wikan diapit oleh dua ajudannya di sela-sela acara camping di Wirasaba. Kelak di kemudian hari Wikan terpilih sebagai Pradana Ambalan Garuda bersama Pradani Ambalan Shima Deni Dwiyanti. Belakangan karena gangguan teknis di tengah jabatan dan Deni mesti pindah sekolah ke Semarang maka Deni digantikan oleh Tjatur Yuliastuti yang sebelumnya menjabat sebagai Kerani alias juru tulis.

Sewaktu menjadi Pramuka, kami memang sering sekali pergi ke alam terbuka. Menggelar berbagai kegiatan dan ceramah Ilmu Pengetahuan yang jelas tak dimiliki oleh semua siswa SMA 2 waktu itu. Istilahnya : hanya untuk peminat saja.

(Penulis : Iwan Samariansyah, iwansams@gmail.com)

Tidak ada komentar: