Kamis, 03 April 2008

Pindah Jurusan masa SMA

Oleh : Tri Budi Yuswantoro


Kalau teman kita Iwan Sams memiliki buku diary waktu di SMA 2 Purwokerto sehingga bisa menggambarkan secara tepat terutama tanggal kejadiannya, saya rasa teman yang lain sebetulnya memiliki banyak juga kenangan.

Hanya saja mungkin secara detail tidak mudah untuk dituangkan ke dalam tulisan. Kalau untuk obrolan saya yakin tidak ada deh selesainya.

Saya mencoba menulis sedikit kenangan yang ada hubungannya dengan perubahan penjurusan dari IPA/ IPS menjadi A1 (Fisika), A2 (Biologi) dan A3 (Sosial). Penjurusan tersebut ditentukan berdasarkan prestasi pada saat kelas 1 SMA.

Waktu kelas 1-4 tahun 1984, saya merasakan bahwa prestasi saya biasa biasa saja, malahan untuk mata pelajaran IPA sangat rendah. Makanya saya tidak heran, begitu naik kelas 2 maka saya masuk jurusan A3 (Sosial), kalau ngga salah 2 Sos 2 (agak lupa soalnya ngga ada diarynya sih).

Saya sih biasa biasa saja, namun ayah saya (almarhum) kurang suka kalau saya masuk A3. Ayah menginginkan saya untuk menjadi tukang insinyur (pinjam istilah si Dul), dan kecil harapan itu terwujud kalau saya tetap di A3.

Berhubung tahun pelajaran 1985/1986 sudah dimulai saya tetap masuk di kelas 2 Sos 2. Saya sudah mendapatkan pelajaran Sosial dan berkenalan dengan anak anak 2 Sos 2. Sampai pada suatu hari (lupa juga, kayanya hampir sebulan atau beberapa minggu lah), saya diminta pihak sekolah untuk pindah di kelas A2 (Biologi).

Saya tidak tahu persis apakah ayah saya yang mengurus kepindahan itu, karena hal itu tidak saya tanyakan dan saya cuek (menurut) saja. Sejak itu saya pindah di kelas 2 Bio 3 yang kelasnya terletak di sebelah barat lapangan sepak bola (kalau ada yg pelajaran olah raga kita bisa melihat he he he).

Singkat cerita , walaupun saat ini bidang tugas saya jauh dari jurusan Biologi malahan benar benar bidang Sos, tapi saya tidak menyesali te lah masuk jurusan itu. Malahan saya harus bersyukur ada hikmah yang dapat diambil dari peristiwa itu (semoga bisa saya ceritakan).

Hanya saja saya harus minta maaf ke ayah karena tidak bisa memenuhi keinginan beliau menjadi insinyur, tapi beliau mengerti kok.

Tidak ada komentar: